Sempat ada beberapa kali upaya dilakukan sejak hari pertama kejadian, namun gagal karena kondisi cuaca yang tidak baik.
Bantuan pertama pada hari kedua, itupun baru bisa mengantar selimut, makanan, powerbank dan minuman dari ketinggian di atas 5000 kaki. Kemudian siang hari menurunkan 2 dokter dan 4 personel dari Brimob dan Basarnas. Sisanya, heli hanya bisa berputar-putar di udara, mendekat lalu putar lagi, menghilang tapi untuk kembali.
Sempat menjadi tanda tanya kenapa cuaca selalu berubah ubah saat heli hendak melakukan evakuasi dan tidak bisa menembus awan dan kabut.
Kondisi ini membuat banyak pertanyaan yang muncul di lokasi di mana posko darurat di dirikan di Jembatan Payung, Desa Tamiai. Entah mengapa kembali terbersit bahwa hutan Kerinci merupakan hutan keramat sehingga anggota tim di posko darurat mendatangi orang adat setempat untuk meminta pertolongan dengan cara spritual. Benar apa tidaknya hanya Tuhan yang tahu.
Setelah lebih dari 70 jam, akhirnya rombongan Kapolda Jambi berhasil dievakuasi dengan mengerahkan Helikopter Puma milik TNI-AU, untuk mengangkut para korban, membawa mereka ke posko transit di Kabupaten Merangin untuk diterbangkan kembali ke Kota Jambi.
Tapi perjuangan tim evakuasi darat yang dipimpin Kapolres Kerinci, AKBP Patria Yudha belum usai, setelah semua korban berhasil dievakuasi, tim jalur darat pun harus kembali keluar dari Hutan Tamiai.
Pukul 17.10 WIB semua kembali menempuh Hutan Tamiai dengan berjalan kaki, Jika pergi menghabiskan waktu 17 jam, kembali ke desa rombongan Kapolres Kerinci ini hanya butuh waktu 10 jam.
Menurut Kapolsek Batang Merangin, Iptu Julisman, rombongan telah sampai ke Desa Tamiai pukul 02.00 WIB dan beristirahat di lapangan bola kaki Desa Tamiai di mana di lokasi tersebut sempat dijadikan landasan darurat helikopter tim evakuasi.
Perjalanan keluar dari hutan tidak semulus yang diharapkan, saat perjalanan keluar dari hutan si Hijau di Tamiai ada 4 orang anggota yang mengalami kram kaki karena kelelahan melewati medan yang curam dan cukup jauh.
Load more