Jakarta, tvOnenews.com - Pascagempa bumi yang mengguncang Cianjur beberapa waktu lalu, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menyatakan adanya patahan darat baru.
Menurut dia, patahan baru terjadi karena Indonesia dalam zona subduksi sehinga memungkinkan terjadi pelengkungan atau patahan yang bukan hanya terjadi di laut, melainkan darat.
"Ada 295 patahan di darat. Ini belum semua, karena ada patahan baru di Cianjur, yakni patahan Cugenang," kata Dwikorita secara virtual dalam acara Sekolah Partai PDIP di Lenteng Agung, Jakarta, Kamis (2/3/2023).
Lebih lanjut ia menjelaskan, akibat dari patahan tersebut akan terjadi peningkatan gempa-gempa di Indonesia dalam satu tahun kedepan. Bahkan, peningkatan akan terjadi dua kali lipat dari sebelumnya.
"Gempa-gempa meningkat sebelumnya 5.000-6.000 dalam setahun terjadi. Sekarang, rata-rata terjadi 10.000 gempa tiap tahun. Artinya signifikan," jelasnya.
Selain itu, Dwikorita mengatakan peningkatan patahan yang mengakibatkan gempa juga terjadi di seluruh dunia. Namun, dia menuturkan Indonesia memiliki kondisi yang berbeda dengan negara lain.
"Kondisi di Indonesia itu ada sesar aktif, yakni Sesar Sumatera (memotong dari utara ke tenggara), Sesar Sulawesi Tengah, Sesar Matano, Sesar Cimandiri, Sesar Opak, Sesar Gorotalo, dan Sesar Yafen," imbuhnya.
Oleh karena itu, Dwikorita mengimbau masyarakat agar belajar dari kejadian gempa bumi di Turki. Menurut dia, dampak patahan yang terjadi di darat itu lebih berbahaya daripada yang berada di laut.
"Jadi, kita harus mewaspadai, belajar dari kejadian Turki. Itu dampaknya patahan yang terjadi di darat lebih berbahaya. Gempa di Turki itu gempa darat. Nah, di Indonesia ada ratusan patahan-patahan tadi," terangya.
Gempa Turki, dikatatakan Dwikorita, terdapat tiga pusat gempa, sehingga bukan disebut gempa susulan.
Dia menerangkan, Indonesia juga terdapat beberapa wilayah yang harus lebih waspada terkait gempa darat tersebut.
"Ini ada warning, kewaspadaan, misalnya di Pulau Lombok. Namun, selisihnya tiga minggu. Kalau di Turki, kan, selisihnya hitungan jam. Maka dari itu, di Lombok kerusakan cukup parah. Ini patahan ada di darat," pungkasnya.(lpk/mii)
|
Load more