tvOnenews.com - Umar Patek, nama yang tentu melekat di memori dan selalu dikaitkan dengan peristiwa Bom Bali I.
Namun kini, Umar Patek mengaku sudah insaf, menyesali perbuatannya dan saat ini telah bertekad untuk memerangi terorisme di NKRI.
Sedikit kilas balik ke belakang, Bom Bali I yang melibatkan Umar Patek terjadi pada 12 Oktober 2002 di Paddy's Pub dan Sari Club yang berlokasi di Jalan Legian, Kuta.
Aksi terorisme ini menewaskan 202 orang dan melukai lebih dari 200 korban.
Bukan sekali itu Bali diguncang serangan terorisme.
Aksi tidak manusiawi itu kembali terjadi pada 2005 dan disebut Bom Bali II, setidaknya 23 orang tewas 196 orang luka-luka.
Bom Bali I dimulai dengan ledakan pertama di dalam klub pada pukul 23.05 waktu setempat.
Orang-orang yang panik pun berhamburan keluar klub menyelamatkan diri ke jalanan.
Tanpa mereka ketahui, sudah disiapkan bom kedua dengan daya ledak lebih tinggi yang berada di luar Sari Klub.
Ledakan kedua pun terjadi dan menewaskan banyak korban jiwa.
Nasib pelaku Bom Bali I sudah diputuskan dalam pengadilan.
Amrozi, Imam Samudra, dan Mukhlas divonis mati atas keterlibatannya dalam aksi Bom Bali I.
Sementara Ali Imron mendapatkan vonis penjara seumur hidup.
Lalu Umar Patek divonis 20 tahun karena mau bekerja sama dengan pihak kepolisian.
Tak terasa waktu berlalu, kini Umar Patek sudah mendapatkan pembebasan bersyarat dari vonis 20 tahun penjara.
Tentu, bebasnya salah satu pelaku Bom Bali I menimbulkan kontroversi.
Bebasnya Umar Patek mendapat sorotan di dalam maupun luar negeri, terutama pemerintah Australia.
Pembebasan bersyarat Umar Patek sebagai pelaku Bom Bali I dianggap menyakiti hati warga Australia yang saat itu mendominasi jumlah korban yakni sebanyak 88 orang.
Umar Patek diberi kesempatan untuk membuktikan bahwa dirinya benar-benar insaf dan tidak akan mengulangi perbuatannya.
Saat ini, ia lebih suka dipanggil dengan nama Hisyam, bukan lagi Umar Patek.
"Panggil aja Hisyam, nama pemberian orang tua," ungkap Umar Patek saat diundang dalam acara Kick Andy, seperti dilansir tvOnenews.com.
Menurut Umar Patek, adalah Ustaz Mukhlas (Ali Ghufron) dan Imam Samudra yang paling berdosa atau bertanggung jawab atas peristiwa Bom Bali I.
Umar Patek mengaku hanya membantu Sawad alias Sarjiyo untuk meracik bom yang akan diledakkan di sebuah klub malam.
Sawat ketika itu sudah dalam kondisi sakit sehingga membutuhkan bantuan Umar Patek.
Menurut pengakuannya, ia awalnya tidak setuju dengan rencana serangan bom di Bali.
Namun rekan-rekannya berbeda pendapat dan tetap melanjutkan apa yang menjadi motif dari Mukhlas dan Imam Samudra yaitu sebagai aksi pembalasan atas apa yang dilakukan tentara Israel di Palestina.
Umar Patek menganggap serangan bom di Bali adalah keliru karena menargetkan warga sipil yang tidak ada hubungannya dengan tentara Israel.
"Bukan kita membalas dengan cara membunuh orang-orang bule yang ada di sini, mereka tidak ada hubungannya sama sekali," tegasnya.
Akan tetapi suara Umar Patek tidak didengarkan oleh rekannya yang lain karena kalah pengaruh dari Mukhlas yang merupakan tokoh paling senior di antara mereka dan disebut pernah bertemu langsung dengan Osama bin Laden.
Umar Patek mengaku terpaksa menuruti perintah aksi bom karena tidak dapat pergi dengan kondisi rumah yang selalu dikunci serta diancam akan dihilangkan nyawanya jika berani berkhianat.
Setelah survey lokasi, dipilihlah Paddy's Pub dan Sari Klub sebagai target serangan bom karena merupakan tempat yang paling ramai di sana.
Beberapa saat setelah bom meledak, Ali Imron yang mendengar suara ledakan menepi di sebuah masjid dan merenungi perbuatannya.
Pihak berwajib awalnya kesulitan mengungkap dalang di balik aksi Bom Bali I ini karena para pelaku melakukannya dengan rapih dan dipersiapkan dengan matang.
Sedikit mundur ke belakang, Umar Patek mengaku mengikuti aksi terorisme berawal dari ajakan Dulmatin, tetangga sekaligus teman dari kecil.
Pasca peristiwa Bom Bali I, Umar Patek langsung melarikan diri ke Filipina tapi sempat kembali lagi ke Indonesia untuk mengurus persiapan ke Pakistan dengan maksud menetap dan berjuang di Afganistan.
Umar Patek berhasil ditangkap dalam pelariannya dan menandai akhir dari sepak terjangnya di dunia terorisme.
Pihak keluarga hanya mengetahui bahwa selama ini Umar Patek pergi ke Malaysia untuk mencari kerja.
Namun di tengah perjalanan ia mengenal Ustaz Mukhlas dan ditawari pergi ke Pakistan untuk belajar agama.
Ternyata, di Pakistan Umar Patek diberi materi agama dan juga militer.
Kini Umar Patek mengaku merasa bersalah dan berdosa atas apa yang ia lakukan.
"Saat itu saya tidak bisa mengatakan apa yang mau saya jawab ketika di akhirat kelak ketika ditanya oleh Allah," ujarnya.
Awal mula insafnya Umar Patek adalah saat ia ditangkap oleh tim Densus 88.
Jauh dari apa yang dibayangkan, Umar Patek justru mendapat perlakuan humanis dan disampaikan satu kalimat pendek namun menggetarkan hatinya, bahwa apapun yang ia sudah lakukan tetaplah ia adalah anak bangsa yang akan tetap diterima oleh negara.
Hati Umar Patek semakin luluh begitu mengetahui bahwa keluarganya, mulai dari adik, paman, sepupu, hingga tantenya ikut merangkul dan mau menerimanya kembali walau sudah terlibat aksi terorisme.
Aksinya yang ikut mengibarkan bendera Merah Putih di lapas pun mendapatkan sorotan.
Banyak yang meragukan bahwa ia hanya berpura-pura, atas desakan pihak lain dan sesungguhnya sedang merencanakan aksi terorisme selanjutnya.
Namun, Umar Patek berani bersumpah dengan nama Tuhan bahwa ia melakukan pengibaran tanpa desakan siapapun, murni dari lubuk hati yang paling dalam untuk menunjukkan bahwa dirinya sudah insaf.
Pada Desember tahun lalu, Umar Patek mengunjungi Yayasan Lingkar Perdamaian di Lamongan untuk menyampaikan komitmennya dalam menjaga perdamaian.
Dengan bergabung bersama yayasan tersebut, ia akan membantu pemerintah untuk melaksanakan program deradikalisasi bersama Ali Fauzi.
Umar Patek saat ini masih menjalani program pembinaan hingga 29 April 2030.
(far)
Load more