Jakarta, tvOnenews.com - Wakil Ketua Dewan Pembina PSI Grace Natalie menyatakan PSI mendukung sistem pemilu terbuka. Dia menyadari bahwa sistem tersebut berbiaya mahal. Namun, biaya itu kemungkinan akan lebih mahal jika sistem pemilu tertutup.
“Sekarang ini orang kalau mau jadi caleg realitanya, rata-rata daftar aja bayar. Yang saya dengar rate-nya sekarang itu kisaran Rp150 juta hanya untuk ambil formulir. Belum tentu jadi caleg,” kata Grace di Kantor DPP PSI, Jakarta Pusat, Selasa (7/3/2023).
“Sudah gitu jadi caleg nomor urut pun ada biayanya. Kalau terpilih belum tentu aman loh. Bisa juga kayak kejadian Harun Masiku. Itu kan ada orang yang sudah terpilih, mau digeser supaya yang lain naik,” sambungnya.
Hal itu membuat Grace menilai bahwa sistem pemilu saat ini semi terbuka. Namun, hal itu kembali lagi ke internal partai.
“Jadi di kita ini, selama ini terbuka juga enggak terbuka juga. Itu tergantung dari partai. Apalagi kalau bener-bener tertutup. Ya kita akan melihat betul-betul oligarki partai akan berlaku,” jelasnya.
Dengan berlakunya sistem pemilu tertutup, Grace menyebut akan memicu terjadinya dinasti politik atau yang terpilih mengandalkan kedekatan personal.
Dia khawatir sistem tertutup akan semakin kehilangan sosok figur berkualitas untuk menjadi caleg maupun kepala daerah.
“Mungkin enggak akan ada orang kayak Pak Jokowi, mungkin enggak akan ada orang kayak Pak Ganjar,” imbuhnya.
Selain itu, Grace menyebut sistem tertutup juga dapat membuat biaya semakin tinggi. Sebab kemungkinan memicu transaksi politik uang dengan elite partai.
“Ya kedekatan antara siapa yang berani. Jadi kalau menurut kami sih itu nanti biaya politik akan jadi lebih tinggi. Betul-betul kita harus kenal dengan orang dalam gitu kan,” ujar dia.
“Nah, dengan sistem terbuka dan orang lihat figur aja masih mahal dan susah untuk jadi caleg atau calon kepala daerah. Apalagi kalau sistemnya tertutup, betul-betul tergantung pada kemurahan hati elite-elite partai,” pungkas Grace. (saa/ade)
Load more