tvOnenews.com - Freddy Budiman dikenal luas sebagai gembong narkoba kelas kakap. Namun ternyata ayah dari Fikri Budiman itu juga punya usaha halal yang orang jarang tahu.
Sebagaimana diketahui, Freddy Budiman ditembak mati di Lapangan Tembak Limus Buntu, Tunggal Panaluan, LP Nusakambangan pada tahun 2016.
Hukuman yang mengakhiri nyawa sang gembong itu akibat kasus penyelundupan pil ekstasi sebanyak 1,4 juta dari China. Ia melakukan transaksi haram itu dari dalam sel LP Cipinang, Jakarta Timur.
Jauh sebelum berkutat dengan bisnis narkoba, Freddy Budiman merupakan seorang bos pencopet di Surabaya di era 1990-an. Pria bertubuh tambun itu memulai melakoni bisnis jual beli narkoba tahun pada awal tahun 2000-an.
Pada 2009, Freddy Budiman pertama kali tertangkap akibat bisnis haramnya itu. Dia terbukti menyimpan 500 gram sabu-sabu, hinga divonis hukuman penjara tiga tahun.
Hukuman itu nampaknya belum membuatnya jera. Pada tahun 2011, dia kembali tertangkap setelah terbukti memiliki 300 gram heroin, 27 gram sabu-sabu, dan 450 gram bahan pembuat pil ekstasi.
Freddy pun divonis dengan kurungan 18 tahun di LP Cipinang. Namun dari dalam penjara itu ia justru leluasa menjalankan bisnis narkobanya. Freddy bisa mengendalikan penyelundupan 1,4 juta pil ekstasi dari negeri tirai bambu.
Freddy Budiman akhirnya ditembak mati di Lapangan Tembak Limus Buntu, Tunggal Panaluan, LP Nusakambangan pada tahun 2016.
Sang anak, Fikri Budiman dalam wawancara bersama Onadio Leonardo di kanal Youtube-nya The Leonardo’s menceritakan kisah hidupnya sebagai putra kandung Freddy Budiman.
Fikri menceritakan bagaimana sang ayah mendoktrin dirinya agar tidak mengenal narkoba sejak ia kecil.
“Jangankan memegang narkoba, melihat aja nggak boleh,” katanya di kanal Youtube The Leonardo’s dilansir tvOnenews.com pada Minggu (12/3/2023).
Sejak kecil, Fikri tinggal berpindah-pindah kota, mulai dari Surabaya, Jakarta, hingga Bangka Belitung. Mulanya, Fikri kecil tidak mengetahui apa pekerjaan sang ayah.
Saat tinggal di Bangka Belitung itulah momen terdekat Fikri dengan ayahnya. “Karena sebelumnya dan setelahnya gua nggak tau bokap (ayah) pergi kemana,” ujarnya.
Nah, di Bangka Belitung itu Fikri mengetahui ayahnya adalah seorang pebisnis. “Dia punya dua bisnis, kacamata optik sama jual beli handphone,” katanya.
“Konter handphone biasa di mal, kecil gitu. Kalau yang optik masih jalan sampai sekarang, namanya Budi Optical,” imbuhnya.
Hingga usia 13 tahun, Fikri hanya tahu ayahnya memiliki usaha optik dan konter ponsel. Sampai kemudian, semua kebenaran tentang ayahnya terbongkar. Saat ia dan keluarga berkunjung ke Surabaya.
“Gua pertama kali tahu bokap seorang bandar narkoba tahun 2012. Budaya keluarga kalau lebaran selalu ke Surabaya, kita makan di salah satu chinese food tanpa ada bokap gua,” tuturnya.
“Nah di atas meja resto itu ada tv, seorang news anchor menyiarkan berita tentang bokap gua. Gua nengok pas denger nama Freddy Budiman, muncul foto bokap, dia menyelundupkan 1,4 juta pil ekstasi. Itu gua umur 13 tahun,” tambahnya.
Dari sanalah, Fikri marah, ia merasa kecewa selama ini tidak mengetahui kebenaran tentang ayahnya. Dia pun meluapkan kemarahannya kepada keluarga besarnya.
Hingga akhirnya Fikri bisa berdamai dengan kenyataan nasib hidupnya sebagai seorang anak gembong narkoba, setelah Fikri mendengar banyak nasehat dari Freddy Budiman tentang kehidupan dan mewanti-wanti agar tidak mengikuti jejaknya.
Load more