tvOnenews.com – Freddy Budiman kembali menjadi perbincangan usai Ferdy Sambo divonis mati dalam kasus Brigadir J. Freddy adalah salah satu terpidana mati fenomenal yang dieksekusi pada 29 Juli 2016 atas kasus penyelundupan narkoba. Ahli forensik dr Sumy Hastry ungkap kesaksian menjelang eksekusi.
Freddy terbukti menyelundupkan 1.4 juta pil ekstasi dari China. Meski telah ditahan, dia tampak tak jera dan masih menjalankan ‘bisnis haram’ tersebut dari dalam penjara.
Sebelum menjadi gembong narkoba, ternyata Freddy Budiman adalah seorang bos pencopet di Surabaya sejak tahun 1990-an. Aksi kriminalnya itu pun merambah ke ibukota hingga dirinya berujung terjun ke bisnis narkoba pada tahun 2000-an.
Freddy Budiman pertama kali ditangkap atas kasus pengedaran narkoba pada tahun 2009. Dia terbukti memiliki 500 gram sabu-sabu dan menerima vonis hukuman 3 tahun penjara.
Masih belum jera, Freddy Budiman kembali berulah mengedarkan narkoba. Pada tahun 2011, dia tertangkap memiliki 27 gram sabu-sabu, 300 gram heroin hingga 450 gram bahan untuk membuat pil ekstasi. Kali ini Freddy divonis 18 tahun penjara.
Menjelang hari eksekusi Freddy Budiman, Ahli Forensik Kombes Pol. dr Sumy Hastry Purwanti atau dr Hastry mengungkapkan detik-detik kematian sang gembong narkoba.
Detik-detik Eksekusi Freddy Budiman
Dr Sumy Hastry Purwanti atau dr Hastry selaku ahli forensik membeberkan pengalamannya saat bertugas sebagai tim dokter menjelang eksekusi Freddy Budiman.
Berdasarkan keterangan dr Hastry dalam video yang diunggah kanal Youtube Denny Darko, dia mengatakan ada persiapan dan latihan matang yang dilakukan sebelum eksekusi Freddy Budiman.
“Latihannya dengan Tim Brimob juga, jadi bagaimana mereka mau dieksekusi,” kata dr Sumy Hastry Purwanti.
Salah satu persiapannya yakni mengikat tubuh Freddy Budiman di tiang.
“Persiapannya, pakaikan baju, diikat lalu ditaruh di tiang,” sambungnya.
Selain itu, dr Hastry mengatakan latihan tersebut dilakukan pada malam hari.
“Kita laporan, saya sebagai tim dokternya, tempel titik tembaknya biar jelas. Karena kan dilakukan di malam hari,” ujar dr. Hastry.
Sehari sebelum dieksekusi mati, dr Hastry melakukan pengecekan kondisi dan kesehatan Freddy Budiman.
Setelah dilakukan pengecekan kondisi, setiap narapidana yang akan dieksekusi mati diberikan baju berwarna putih dan diberikan titik hitam sebagai sasaran menembak. Hal ini agar para terdakwa pidana mati tidak merasakan sakit yang lama.
“Napi dikasih baju putih dan titiknya tempelnya hitam. Memang dipersiapkan seperti itu. Dan ditutup kepalanya,” jelasnya.
“(titik tembak) posisi jantung. Kita mencari tepat di jantung agar tidak menderita lama. Jadi memang perlu dilatih, tim Brimob juga perlu latihan ” sambungnya.
Selain itu, untuk menenangkan kondisinya, bagi umat Islam akan didampingi Ustaz, sementara untuk napi yang beragama Nasrani akan didampingi oleh pendeta.
“Ada pendekatan supaya mereka siap,” tutur dr Hastry.
Setelah melakukan eksekusi, selanjutnya dilakukan pengecekan kondisi kesehatan. Hal ini guna memastikan narapidana dalam kondisi baik setelah dieksekusi kemudian akan diserahkan kepada pihak keluarga.
“Kita menyiapkan tempat misalnya meninggal setelah dieksekusi sudah disiapkan tempat, meja, kafan. Ada yang minta dikafani atau pet, pakaian semua disuapkan. Saat latihan tidak melibatkan narapidana,” jelasnya.
Kemudian, Denny Darko juga menanyakan pada dr Hastry mengenai perilaku narapidana sebelum dieksekusi.
Dokter tersebut mengatakan beberapa napi merasa ikhlas, dzikir selama menjelang hari eksekusi mereka, termasuk Freddy Budiman.
“Dari beberapa napi tuh ada yang benar-benar ikhlas (hukuman mati), baik, dzikir, termasuk Freddy Budiman itu misalnya,” ungkapnya.
Pesan Haru Freddy Budiman Untuk Anaknya
Salah satu anak Freddy Budiman yakni Fikri Budiman buka suara soal eksekusi mati sang ayah. Dilansir dari Youtube Gritte Agatha, Fikri bercerita dirinya sempat mengunjungi sel ayahnya sebelum dieksekusi mati.
Diketahui, sebelum dieksekusi Freddy Budiman sempat meminta untuk bertemu dengan anggota keluarganya. Fikri mengungkapkan saat ditemui, sang ayah tak menunjukkan raut wajah yang sedih. Dia justru bersenda gurau.
“Pokoknya masih bercanda kaya gitu, kaya bukan orang mau dieksekusi mati gitu, lho. Orang mau meninggal kan gimana sih rasanya kalau kita bayangin itu. Gue ngeliat sendiri kalau dia itu gak ada rasa kesedihan. Bener-bener masih bercanda aja itu,” kata Fikri Budiman.
Fikri lalu bercerita bahwa sang ayah, Freddy Budiman sempat menyampaikan wejangan alias pesan yang selalu diingat dirinya saat menghadapi masa sulit.
“Hal yang membuat gua kuat sampai sekarang, pesan papa waktu itu adalah: dedek boleh sekarang nangis sebanyak-banyaknya,” ungkap Fikri Budiman.
“Keluarin aja semua tangisan, semua kesedihan dedek keluarin sekarang, setelah papa udah gak ada, setelah dedek keluar dari lapas ini, dedek udah gak boleh lagi nangis,” sambungnya.
Fikri yang kerap dipanggil ‘dedek’ mengingat betul pesan Freddy Budiman untuk menjadi laki-laki yang kuat.
“Dedek harus jadi laki-laki yang kuat, jadi laki-laki yang punya mental yang kuat dan bisa berjuang di kehidupan ini,” ujar Fikri. (kmr/rka)
Load more