Lebih lanjut, dr Sumy Hastry Purwanti mengatakan untuk menenangkan kondisi sang terpidana hukuman mati, bagi yang beragama Islam akan didampingi Ustaz. Sementara untuk napi yang beragama Nasrani akan didampingi oleh Pendeta.
"Ada pendekatan supaya mereka siap." tutur dr Hastry.
Setelah dilakukan eksekusi, selanjutnya dilakukan pengecekan kondisi kesehatan. Hal ini guna memastikan narapidana dalam kondisi baik setelah dieksekusi kemudian akan diserahkan kepada pihak keluarga.
“Kita menyiapkan tempat misalnya meninggal setelah dieksekusi sudah disiapkan tempat, meja, kafan. Ada yang minta dikafani atau pet, pakaian semua disiapkan. Saat latihan tidak melibatkan narapidana,” jelasnya.
Denny Darko langsung menanyakan kepada dr Hastry mengenai perilaku narapidana sebelum dieksekusi mati.
Ahli Forensik mengatakan bahwa beberapa napi merasa ikhlas, dzikir selama menjelang hari eksekusi mereka, termasuk Freddy Budiman.
"Dari beberapa napi tuh ada yang benar-benar ikhlas (hukuman mati), baik dzikir. Termasuk Freddy Budiman itu misalnya," ujarnya.
"Ada juga yang tidak tenang, tidak kooperatif. Paling saya lihat saja, terus Brimob yang ngawal. Yang penting kan saya melaksanakan tugas kalau keadaan mereka baik-baik saja secara fisik. Psikisnya kita tahu ada yang tidak siap," ungkapnya.
Selanjutnya, Hari eksekusi tiba untuk Freddy Budiman bersama narapidana lainnya dieksekusi mati pada malam hari di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah Pada 29 Juli 2016.
Pesan terakhir Freddy Budiman menjelang eksekusi mati
Perubahan Freddy Budiman menjelang eksekusi mati.
Load more