"Di sinilah kelihaian figur-figur baru seperti Anies Baswedan, Ganjar Pranowo dan Ridwan Kamil yang mampu menunjukkan kapasitas adaptifnya terhadap perubahan zaman dengan narasi-narasi yang lebih populis," ungkapnya.
Di poros kedua, Partai Golkar berpotensi memimpin koalisi partai-partai papan tengah. Sebagai pemenang pemilu dengan jumlah kursi terbesar kedua setelah PDIP, Golkar rasanya tak akan absen dari pertarungan Calon Presiden. Sejauh ini, dukungan terhadap Ketua Umum, Airlangga Hartarto sebagai Calon Presiden sudah bergemuruh di internal Partai Golkar.
Hanya saja, tidak mudah bagi Golkar untuk memimpin poros ini mengingat elektabilitas Airlangga yang masih cukup rendah. Apalagi Golkar masih membutuhkan kawan koalisi, setidaknya satu hingga dua partai politik agar bisa mengajukan calon. Soal bahwa Golkar misalnya akan menurunkan targetnya dengan memilih opsi Cawapres, tentu kembali pada realitas politik yang berkembang.
Di poros ketiga, akan ada bayang-bayang Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Ketua Umum Partai Demokrat. Meskipun pernah menelan pil pahit dalam Pilkada DKI 2017, dan direcoki dengan geger kudeta Demokrat, tetapi profil politik AHY tak bisa dianggap remeh. Dalam konteks persofinikasi calon, AHY memiliki sejumlah variabel penting yang akan menyumbang elektabilitasnya.
"Variabel-variabel itu antara lain; Jawa; tentara; muda; dan ganteng. Namun demikian, kekalahan AHY dalam pilkada DKI telah mementahkan tesis atas variabel-variabel penting tersebut. Kekalahan di pilkada DKI Jakarta mengharuskan AHY untuk bisa lebih adaptif lagi dalam merespon perubahan-perubahan politik yang terjadi," pesannya.
Massifnya perkembangan teknologi informasi menandai bergesernya ekspektasi publik atas profil kepemimpinan politik yang tidak lagi bertumpu pada sentimen primordialisme dan konfigurasi sipil-militer. Inilah tantangan AHY saat ini. Oleh karenanya, AHY harus mengejar ketertinggalannya dengan figur-figur lain seperi Ganjar dan Anies dengan penekanan pada narasi-narasi politik yang lebih bersifat populis.
Dengan modal 54 kursi parlemen (7,77 persen suara), Partai Demokrat masih harus bekerja ekstra untuk memimpin poros tersebut dengan menghadirkan koalisi yang solid agar bisa mendapatkan kepercayaan publik. Muhaimin Iskandar, sang Ketua Umum PKB, juga berpotensi memimpin poros ketiga ini.
Load more