Jakarta, tvOnenews.com - Awal Ramadhan 1444 Hijriah/2023 Masehi serempak jatuh pada Kamis (23/3/2023) lalu. Namun beredar kabar akan ada potensi perbedaan dalam penentuan 1 Syawal atau Hari Raya Idul Fitri.
Dokumen hasil hisab itu ditandatangani oleh Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Iman Fathurahman dan Sekretaris Mohammad Mas'udi.
Penetapan itu merupakan hasil hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Adapun hasil hisab Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah antara lain:
- 1 Ramadan 1444 H jatuh pada hari Kamis Pon, 23 Maret 2023.
- 1 Syawal 1444 H atau Idul Fitri jatuh pada hari Jumat Pahing, 21 April 2023.
- 1 Zulhijah 1444 H jatuh pada hari Senin Legi, 19 Juni 2023.
- Hari Arafah (9 Zulhijah 1444 H) jatuh pada hari Selasa Wage, 27 Juni 2023
- Iduladha (10 Zulhijah 1444 H) jatuh pada hari Rabu Kliwon, 28 Juni 2023
Ketua MUI Abdullah Jaidi dalam Konferensi Pers Penetapan 1 Ramadhan 1444 Hijriyah di Gedung Kementerian Agama, Jakarta, Rabu (22/3/2023)
Namun, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Abdullah Jaidi saat konferensi pers penetapan 1 Ramadhan 1444 hijriah yang digelar di Gedung Kementerian Agama (Kemenag), Jakarta, Rabu (22/3/2023) menyebut akan ada potensi perbedaan dalam penentuan 1 Syawal atau Idul Fitri.
"Tahun ini kita serempak berpuasa pada Kamis, 23 Maret 2023. Yang kemungkinan terjadi perbedaan adalah nanti di 1 Syawalnya," ujar Abdullah saat itu.
Kemudian lebih lanjut ia mengatakan bahwa kendati berpotensi terjadi perbedaan antara ketetapan Pemerintah dengan keputusan salah satu ormas Islam, ia menekankan adanya suatu penyelesaian atau jalan tengah agar bisa merayakannya bersama-sama.
Apabila perbedaan tidak bisa dihindari, Abdullah mendorong agar umat saling menghargai dan menghormati perbedaan. Menurutnya, perbedaan bisa mendorong persatuan yang lebih kuat.
"Tapi, mudah-mudahan perbedaan ini bisa dicari penyelesaiannya dengan baik, bisa sama-sama. Kalau pun nanti berbeda, sikap kita sebagai umat Islam, sebagai warga bangsa, tetap saling menghormati satu sama lain," katanya.
Sementara, menurut Peneliti Astronomi dan Astrofisika BRIN, Thomas Djamaluddin, perbedaan yang mungkin terjadi dalam penentuan 1 Syawal adalah karena perbedaan metode hisab dan rukyat, melainkan kriteria.
“Kriteria menjadi dasar pembuatan kalender berbasis hisab yang dapat digunakan dalam prakiraan rukyat," kata Thomas dalam keterangan resminya.
Menurutnya, potensi perbedaan Idul Fitri terjadi jika pada saat maghrib di hari Kamis (20/4/ 2023) posisi bulan masih rendah di ufuk barat maka itulah yang menjadi sebab perbedaan.
“Jika posisi bulan di Indonesia belum memenuhi kriteria baru MABIMS, yaitu tinggi minimal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat,” katanya.
Namun jika posisi bulan itu sudah memenuhi kriteria wujudul hilal, bila merujuk kriteria baru MABIMS, maka Lebaran jatuh pada Sabtu (22/4/2023). Sedangkan bila merujuk wujudul hilal, 1 Syawal 1444 Hijriah jatuh pada Jumat (21/4/2023).
"Untuk kepastiannya kita tunggu pengumuman pemerintah setelah sidang isbat," tandasnya.
Thomas berharap nantinya pemerintah dapat mengupayakan satu sistem tunggal.
“Sehingga keterbukaan semua pihak bisa membuat satu kalender yang mapan ada otoritas tunggal, kriteria tunggal, dan batas tanggal yang disepakati bersama,” katanya.
Load more