Salatiga, Jawa Tengah – Berdasarkan monitoring Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), hingga Pukul 21:11:48 WIB tercatat sudah 24 kali gempa di Banyubiru, Ambarawa, dan sekitarnya. Menurut Daryono, Kepala Bidang Mitigasi dan Tsunami BMKG jika aktivitas gempa kecil ini terus terjadi di Banyubiru, Ambarawa, Salatiga maka dapat mengarah pada aktivitas swarm.
“Swarm adalah serangkaian aktivitas gempa dengan magnitudo relatif kecil dengan frekuensi kejadiannya sangat tinggi dan berlangsung dalam waktu yang relatif lama di wilayah sangat local,” ujar Daryono saat dihubungi oleh tim tvonenews.com, Sabtu (23/20/2021).
Daryono juga mengatakan dari bentuk gelombang gempa (waveform) yang dicatat oleh stasiun seismograf Semarang tampak gelombang S-nya sangat jelas dan nyata.
“Itu menunjukkan ada pergeseran tiba-tiba dua blok batuan (slip). Ini bukti gempa yg terjadi adalah gempa tektonik,” ujar Daryono.
Gempa swarm tidak hanya berkaitan dengan kawasan gunung api. Beberapa laporan menunjukkan bahwa aktivitas swarm juga dapat terjadi di kawasan non-vulkanik.
“Swarm juga dapat terjadi di kawasan dengan karakteristik batuan yang rapuh yang terbangun medan tegangan, sehingga mudah terjadi retakan (fractures),” tambah Daryono.
Fenomena gempa swarm sudah terjadi beberapa kali di Indonesia.
“Pernah terjadi di di Klangon, Madiun, pada Juni 2015, Halmahera Barat pada Desember 2015, dan Mamasa, Sulawesi Barat, pada November 2018,” ujarnya.
Aktivitas gempa swarm memang jarang terjadi. Jika kekuatan gempa swarm cukup signifikan dan guncangannya sering dirasakan, memang dapat meresahkan masyarakat.
Namun, Daryono mengatakan gempa swarm sebenarnya tidak membahayakan jika bangunan rumah di zona swarm tersebut memiliki struktur yang kuat.(put)
Load more