Rieke melanjutkan, belakangan, beberapa kalangan meramalkan bahwa di tahun 2023, dunia akan masuk ke 'masa gelap', termasuk Indonesia. Bahkan, katanya, ramalan semacam itu berulang-ulang disampaikan oleh berbagai pihak.
"Analisis ini diutarakan para pihak pemilik kekuatan dalam percaturan politik global, yang agaknya ‘menular’ ke segelintir elit di Republik tercinta ini," katanya.
Ia menekankan, ramalan tersebut, di satu sisi, harusnya membuat bangsa Indonesia dan negara-negara Asia-Afrika menjadi lebih waspada dan segera merumuskan strategi untuk menghadapi dan mengatasinya. "Di sisi lain, saya jadi bertanya-tanya, apakah ramalan ini hasil analisis yang dalam, agar dunia tak masuk ke masa gelap. Atau, justru skenario yang telah dirancang oleh para ahli yang ditugaskan sebagai ‘ahli nujum’," ucap Rieke.
Terkait itu, Rieke kemudian mengajak negara-negara Asia-Afrika untuk tidak takut menghadapi berbagai ancaman global. Ia ingin negara-negara Asia-Afrika untuk menjadikan ramalan terkait 'masa gelap' itu dijadikan sebagai peringatan untuk berlaku waspada.
Ia pun mengulang pernyataan Bung Karno pada pidato di pembukaan KAA 1955, silam. “Ya, kita hidup dalam dunia yang penuh ketakutan, kehidupan manusia sekarang digerogoti dan getir oleh rasa ketakutan. Ketakutan akan masa depan, ketakutan akan bom hidrogen, ketakutan akan ideologi-ideologi. Mungkin rasa takut itu pada hakikatnya merupakan bahaya yang lebih besar daripada bahaya itu sendiri, sebab rasa takutlah yang mendorong orang berbuat bodoh, tanpa berpikir dan membahayakan,” tutur Rieke, kembali mengulang pidato Bung Karno.
Hadir dalam peringatan 68 tahun Konferensi Asia-Afrika tersebut beberapa pihak. Di antaranya Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia beserta jajarannya, pakar hubungan internasional Prof Hikmahanto Juwana. (ebs)
Load more