Surabaya, Jawa Timur – Perundungan atau bullying merupakan kasus serius yang perlu mendapat perhatian masyarakat luas. Perundungan terhadap anak tidak hanya ditemukan di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat sekitar, tapi kini sudah merambah dunia maya. Upaya perlindungan anak muncul untuk mencegah kekerasan terhadap mereka. Program “ROOTS” telah dikembangkan oleh UNICEF bersama pemerintah Indonesia, akademisi, dan praktisi pendidikan dan perlindungan anak. Program ini telah berhasil menurunkan hingga 29,6% angka perundungan di sekolah tingkat SMP yang dijalankan di Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan pada 2017. Menurut Dhita Amalia, Direktur Plato, kasus perundungan pada anak dampaknya begitu besar.
“Kasus ini dampaknya besar. Anak tidak hanya menjadi sedih, tapi implikasinya juga ke mental, salah satunya anakyang pernah di bullying tidak berani masuk sekolah. Ini kan kasihan,” terang Dhita.
Roots fokus membangun iklim positif sekolah melalui kegiatan yang dipimpin oleh siswa sebagai agen perubahan, untuk menyebarkan pesan dan perilaku positif di lingkungan sekolah. Program Roots akan gencar digaungkan ke seluruh lapisan masyarakat, mengingat perundungan terjadi tidak hanya di sekolah. Perundungan tidak hanya terjadi secara tatap muka, melainkan saat ini meluas ke media sosial.
“Data terakhir menyebutkan ada sekitar 50% anak mengalami perundungan di sekolah. Keberanian mereka untuk bercerita, melapor sangat penting. Jadi perlu adanya pendekatan orang tua maupun guru di sekolah,” imbuh Dhita.
Peran media dianggap sangat efektif untuk mendorong gerakan masyarakat dalam upaya menghentikan perundungan. Hal ini disampaikan pada Workshop Penguatan Peran Media dalam Mendukung Program Roots Indonesia Wilayah Jawa, yang dihadiri oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Kependudukan Provinsi Jawa Timur, dan sejumlah stake holder lainnya. (hen)
Load more