tvOnenews.com – Ahli Hukum Tata Negara Yusril Ihza Mahendra membagikan kisah Presiden RI ke-2 Soeharto di masa tuanya saat menempati rumah cendana yang dianggap tidak layak ditinggali.
Diketahui, Soeharto telah memimpin Indonesia selama 30 tahun yakni dari tahun 1968 hingga 1998. Yusril mengenal sosoknya sebagai seorang pribadi yang sederhana.
“Kalau ditanya kepada saya tentang Pak Harto, sepanjang yang saya kenal secara langsung orangnya itu sederhana. Bicaranya sederhana kalau di rumah hanya pakai kaos dan sarung. Rumahnya juga sangat sederhana,” kata Yusril.
Yusril juga mengenang Soeharto dengan kehidupan yang luar biasa.
“Secara keseluruhan, kehidupannya sangat luar biasa. Saya kadang-kadang disuruh beliau bekerja di rumahnya, ngetik macam-macam gitu sampai siang pakai sarung gitu nanya ‘Ril, kamu sudah makan’, ‘Belum Pak’,” ungkap Yusril.
Presiden ke-2 RI itu pun segera memanggil ajudannya untuk menyediakan dua bungkus Pop Mie.
“Panggil ajudannya: ‘sediakan Pop Mie dua’, Pop Mie disediakan. Kadang saya ada nakalnya juga ‘Bapak ini, dulu saya kerja dikasih Pop Mie, saya kerja di kantor Camat aja dikasih makan enak, saya sama Bapak masa makan Pop Mie?’,” lanjutnya.
Soeharto pun mengaku bahwa itu adalah makanan kesehariannya, “Saya memang makannya begini.”
Oleh karenanya, Yusril Ihza Mahendra menegaskan bawah kabar Soeharto menumpuk kekayaan tidaklah terbukti hingga hari ini.
“Jadi hidupnya tuh sangat sederhana ya walaupun dikatakan Pak Harto itu korupsi, menumpuk harta kekayaan dan disimpan di bank-bank Swiss, itu tidak pernah terbukti sampai hari ini,” ujar Yusril.
Tak hanya itu, Yusril Ihza Mahendra juga mengatakan bahwa Soeharto sempat mempertanyakan kenapa masih belum diberikan rumah oleh negara.
“Saya sendiri mengalami ketika hari-hari terakhir menjelang Pak Harto meninggal dunia, beberapa bulan sebelum dia meninggal itu. Saya sudah jadi Mensesneg, Pak Harto memanggil saya ke rumahnya dan beliau mempertanyakan kenapa beliau tidak dikasih rumah karena menurut peraturan yang berlaku kan, mantan Presiden dan Wakil Presiden itu disediakan rumah, mobil, supir dan pengawal,” kenangnya.
“Ril, saya dengar semua sudah dikasih. Saya kok belum? Saya mau beli rumah di Jalan Tengku Umar untuk klinik jantung sesuai permintaan ibu Tien,” kata Soeharto kepadanya.
Namun, permintaan tersebut tidak dapat dikabulkan lantaran rumah tersebut dijual dengan harga Rp75 miliar sedangkan biaya yang diberikan negara adalah Rp20 miliar.
Tak lama kemudian, Soeharto kembali memanggil Yusril Ihza Mahendra ke rumahnya.
“Ril soal rumah, sekarang saya perlu uang,” ujar Soeharto.
Ternyata, rumah cendana Pak Harto mengalami kebocoran yang memerlukan biaya untuk perbaikannya.
“Kamu lihat kan rumah sudah bocor? Memang betul. Jadi saya masuk lewat belakang itu sudah banyak tergenang air hujan waktu itu,” ungkap Yusril.
“Saya mau botulin rumah ini, saya gak punya uang lagi,” kenang Yusril soal perkataan Soeharto.
Load more