“Rasa sakit itu tak terelakan, penderitaan ini adalah pilihan,” begitu cara penulis yang juga marathoner itu memberi afirmasi pada tubuhnya. Iya, setiap orang memiliki kata sakti, setiap kita memiliki mantranya sendiri sendiri: “Cep, enjoy the pressure”.
Wakil Pemimpin Redaksi tvOnenews.com, Ecep S Yasa (Istimewa)
Afirmasi otak pada tubuh ternyata berjalan baik. Perlahan-lahan rasa sakit itu hilang, saya tak tahu kenapa itu bisa terjadi. Saya hanya mencoba terus menggerakan kaki. Selama kaki bisa digerakan saya akan terus maju ke depan.
Ternyata koordinasi tubuh mulai kembali normal. Perlahan form lari saya kembali, saya mulai bisa berlari lebih cepat. Fokus pada finish, ternyata menertibkan pikiran dan pada gilirannya pikiran mengkoordinasi tubuh untuk melakukan apa yang diperintahkan pikiran. Tubuh dan Pikiran bekerja melahirkan spirit, persistensi, daya juang.
Saya ternyata masih bisa menyelesaikan salah satu dari enam lomba lari bergengsi di dunia ini dengan catatan waktu yang tak terlampau buruk.
Ketika melihat perjuangan Garuda Muda menaklukan Thailand dalam drama sepanjang hampir dua jam pada laga puncak sepak bola SEA Games, Kamboja, saya seperti melihat kembali nilai nilai persisten, daya juang, kegigihan, keyakinan serupa.
Sejak awal Rizki Ridho dan kawan kawan bermain sangat tenang.
Mereka seperti sibuk untuk mengembangkan permainannya sendiri, tak hirau dengan berbagai provokasi dari lawan. Kehendak untuk terbawa irama permainan lawan bukan tak muncul, tapi “beruntung” tim ini memiliki Indra Sjafri yang bagai alter ego-nya pemain, selalu memberi aba-aba untuk skuadnya bermain tenang, fokus dan percaya pada kekuatan diri.
Kedua tangan pelatih kelahiran Lubuk Nyiur, Sumatera Barat ini selalu melambai lambai dari atas ke bawah, meminta pemainnya tak terpancing provokasi ketika tempo permainan meninggi.
Load more