LIVESTREAM
img_title
Tutup Menu
News Bola Daerah Sulawesi Sumatera Jabar Banten Jateng DI Yogya Jatim Bali
Kolase Foto - Wapemred tvonenews.com, background poster konsert Coldplay
Sumber :
  • tim tvonenews.com

Histeria

Saat ini, ketika ruang ruang sosial kita menjadi mengeras, saya jadi bertanya, apakah kedatangan Coldplay ke Jakarta merupakan berita baik atau berita buruk. 

Senin, 22 Mei 2023 - 08:13 WIB

Pada mulanya saya percaya, dalam hidup setiap orang memiliki “medan perangnya” masing masing. Semua orang akan “memanggul nasibnya” sendiri sendiri.  

“Nasib adalah kesunyian masing masing,” demikian penyair Chairil Anwar

Namun, di hari hari ini, tiba tiba semua orang seperti memiliki medan tempur yang sama: berebut tiket konser Coldplay.

Pertunjukan memang baru akan digelar November nanti. Namun,  hampir semua orang di berbagai kalangan telah membagikan sengitnya berebut tiket konser coldplay di laman story instagram-nya. 

Baca Juga :

Mereka mencoba saat pagi, siang, hingga petang. Dan lalu berbangga membagikan kembali "kegagalan" atau "keberhasilan" memperoleh tiket pada akun medsos masing-masing. 
 
Peter Harjani, CEO PK Entertainment, pihak penyelengara konser Coldplay di Jakarta memperlihatkan traffic massa yang menyerbu website loketcom hingga 1,7 juta pengunjung. Mereka tak hanya dari kota kota besar, semacam Jakarta, Bandung atau Surabaya, tetapi juga kota kota kecil seperti Padang, Manado, Kendari dan lainnya. 

Tak heran jika 70 ribu tiket yang disiapkan panitia penyelenggara habis hanya dalam hitungan jam. 

Bahkan, tiket termahal, Rp11 juta yang menjanjikan pemegangnya bisa melihat frontman Coldplay Chris Martin dari dekat, termasuk dari belakang panggung, paling cepat ludes. 
 
Seorang ibu (mungkin berseloroh) membuat video pernyataan, meminta kaum milenial untuk tidak ikut tiket war Coldplay. Alasannya, toh secara usia kaum milenial dianggap masih punya banyak kesempatan. 

Sementara sang ibu merasa ini waktu terakhirnya. 
 
Saat ada “kerumunan”, pejabat tentu ingin ikut “manggung”. Saat ditanya wartawan soal kondisi politik bangsa, seorang Menteri justru mengeluh belum mendapatkan tiket Coldplay. Padahal ia dititipi anak dan istri. 
 
“Co Coldplay, Ergo Sum.“ Aku menonton konser Coldplay, maka aku ada.  

Menonton konser Coldplay-atau setidaknya ikut rebutan tiket dalam perang tiket–jadi  ikhtiar untuk tidak hilang dari sirkel sirkel pertemanan terdekat. Istilahnya FOMO (fear of missing out) kata  anak anak sekarang. 

Tak ikut menonton Coldplay dampaknya bisa gawat bagi citra diri dalam jaringan pertemanan. 
 
Besarnya minat memiliki tiket konser Coldplay tentu memancing kejahatan. Bareskrim Polri sampai harus menyidik kasus penipuan penjualan tiket pada sejumlah orang setelah melakukan patroli siber.

Awalnya dari sebuah pengakuan di akun medsos, seorang korban mengeluhkan tertipu oleh seseorang yang mengaku bisa mengusahakan tiket konser Coldplay. Setelah didalami ternyata korban-korban serupa  cukup banyak.
 
Yang bukan pesohor juga bisa ikut serta dengan keriaan ini. Mereka cukup gembira membagikan tiket bertajuk Coldplay yang sebenarnya tiket bus. Atau tiket Coldplay yang pada kertasnya tertulis akan digelar di lapangan kecamatan terdekat. 

Saya cukup terhibur ketika gurauan gurauan kreatif semacam ini berseliweran di group group percakapan yang saya ikuti. 
 
Musik pop adalah anak kandung kebudayaan massa.  

Semua kalangan merasa tumbuh dengan pengalaman yang sama, sehingga merasa wajib cawe cawe. Kelompok konservatif, diwakili Persaudaraan Alumni  212  bahkan mengancam akan mengepung bandara jika band asal Inggris ini benar benar datang ke Indonesia. 

Anwar Abbas, Wakil Ketua MUI pun menyatakan ketidaksetujuannya pada rencana konser Coldplay. Alasannya, band yang dibentuk di London pada 1997 ini dianggap mendukung  lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT).
 
Secara diametral, sikap ini disambut kelompok liberal di masyarakat. 

Guntur Romli menyebut kelompok yang menolak kedatangan Coldplay sebagai munafik--sambil menuduh kelompok lain itu sebagai, belum mendapatkan “uang diam”. Pemerintah, melalui Menko Polhukam Mahfud MD dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengaku siap menurunkan pengamanan menjaga konser Coldplay.
 
Tiba tiba saja sebuah konser musik yang baru akan digelar di akhir tahun memancing perdebatan sejak enam bulan sebelumnya. Bagi saya ini mengingatkan pada polemik yang pernah terjadi sebelumnya, tapi saat itu dipicu oleh karya anak bangsa. 

Presiden pertama Soekarno pernah melarang group musik pop Koes Plus karena ekspresi musiknya dianggap Barat dan dekaden. Musik Koes Plus distigma dengan musik  "ngak ngik ngok" dan bertentangan dengan keinginan bangsa yang tengah menuntaskan revolusinya, termasuk pada bidang kebudayaan.  
 
Zaman berganti, selera musik pun berbeda. 

Saat Orde Baru, Menteri Penerangan Harmoko menyebut penyanyi pop semacam Betharia Sonata sebagai “cengeng” dan “bobrok”. Genre musik ini pun dilarang tampil di stasiun televisi satu satunya saat itu: TVRI. 

Moerdiono, Menteri Sekretaris Negara berbeda lagi seleranya. Ia merasa hanya musik dangdut-lah musik “asli” Indonesia dan bisa dijadikan alat mendefiniskan jati diri bangsa. 
 
Saat polemik mengeras, saya jadi kangen dengan masa masa terbaik dalam hidup, ketika mengasup budaya pop dan melayu dari sebuah radio transistor jadul. Pada saat itu, apapun yang tengah saya kerjakan, menyelesaikan tugas dari orang tua ataupun tugas sekolah, harus selesai sebelum pukul 14:00 wib. Nyaris tak ada kompromi.  

Setelah melaksanakan sholat ashar pada surau dekat rumah, saya akan berlari sekencang kencangnya untuk mendengarkan musik pop melayu dan atau dangdut yang diputar di Radio Galuh, stasiun radio favorit saya dan melegenda di Kota Tasik. 

Saat itu group semacam Slam, Iklim atau Search asal Malaysia, atau penyanyi dangdut semacam Itje Trisnawati termasuk di dalamnya Rhoma Irama tentu saja,  adalah pahlawan pahlawan masa muda saya.
 
Jasa terbesar Radio Galuh bagi saya adalah memberikan ingatan akan budaya pop melayu dan dangdut yang “berkeadilan”. 

Saya, seorang anak kecil dari sebuah kota kecil merasa “egaliter” dan “setara” ketika mendengar musik pop yang tengah digandrungi banyak anak-anak muda di kota-kota lain. Kebudayaan pop lalu menjelma jadi “imajinasi kolektif” yang efektif menautkan banyak kalangan. 

Budaya pop bisa jadi bagian  menabung modal sosial untuk membangun solidaritas di masyarakat. Pasalnya, semua kalangan, sejak kaum jet set hingga rakyat jelata merasa memiliki ruang imajiner yang sama dan bisa diasup secara gratis. 
 
Yang paling penting, radio melebatkan imajinasi di kepala saya. 

Saya masih ingat dengan detil bagaimana pendongeng sunda legendaris Wa Kepoh seorang diri menghidupkan berbagai dialog: sejak suara bayi hingga perempuan tua; bahkan membangunkan imajinasi tentang suasana pagi di sebuah pedesaan, keriuhan sebuah pasar hingga angkernya sebuah hutan belantara. 


 
Saya ingat, hingga SMP, saya bahkan merasa jagoan semacam Si Rawing yang didongengkan Wa Kepoh benar-benar ada. 

Saya secara detil mencatat macam macam ajian sakti yang dimilikinya pada buku tulis kumal di sekolah. Saat bermain dengan kawan kawan di lapangan bola, tak jarang kami saling “menguji” kesaktian masing masing. 

Singkatnya, hanya dengan radio, kepala dan batin saya penuh dan utuh. 
 
Kelak saya juga jadi paham, sesungguhnya, Radio Galuh ikut menavigasi saya ketika melalui masa muda yang penuh gelora. Dongeng-dongeng Wa Kepoh membuat saya mengerti “moralitas” yang mungkin alpa diajarkan di bangku sekolah. 

Saya paham benar dan salah, mengerti baik dan buruk, bisa survive melalui masa pubertas pada saat sekolah menengah, karena ingatan pada nilai-nilai yang dikandung dari dongengan Wa Kepoh. 
 
Dengan caranya, Radio Galuh ikut menghidupi  kebudayaan dan “bahasa ibu” bagi saya. 

Ketika kini saya jadi manusia urban di Jakarta, saya tidak “limbung” dan “melayang layang” karena tak berjejak ke tanah atau tercerabut dari akar tradisi budaya leluhur. Sampai kapan pun, saya kini merasa tetap terhubung dengan budaya Sunda, budaya dan “bahasa ibu” saya.  


 
Karenanya saya kaget dan merasa “berdosa” ketika beberapa tahun lalu mendapati  sebagian “kenangan masa muda” ini teronggok pada sebuah ruko seadanya di Tasikmalaya, dengan perlengkapan berdebu, dan secara bisnis “mati segan hidup tak mau”. Saya dan keluarga lalu memutuskan mengakuisi radio ini karena sebagian imajinasi saya ikut dibentuk olehnya. 

Bagi saya ini benda pusaka, heritage bagi masyarakat Tasikmalaya dan Priangan Timur yang harus dirawat sebisanya. 
 
Saat ini, ketika ruang ruang sosial kita menjadi mengeras, saya jadi bertanya pada diri sendiri, apakah kedatangan Coldplay ke Jakarta merupakan berita baik atau berita buruk. 

Sebagai anak bangsa, saya hanya bisa berharap, semoga kedatangan Coldplay berkah bagi bangsa, dan bukan sebaliknya. (KC)

Komentar
Berita Terkait
Topik Terkait
Saksikan Juga
Jangan Lewatkan
BNN Gelar Rapat Koordinasi Evaluasi Penanganan Penyalahgunaan Narkotika

BNN Gelar Rapat Koordinasi Evaluasi Penanganan Penyalahgunaan Narkotika

Badan Narkotika Nasional (BNN) menggelar Focus Group Discussion (FGD) dengan mengangkat tema "Analisis dan Evaluasi Pelaksanaan Peraturan Bersama No. 1 Tahun 2014 Guna Mewujudkan Sinergi Penanganan Tindak Pidana Narkoba".
DPRD DKI Jakarta Setujui Kenaikan Modal Dasar PT MRT hingga Rp120 Triliun untuk Proyek Timur-Barat

DPRD DKI Jakarta Setujui Kenaikan Modal Dasar PT MRT hingga Rp120 Triliun untuk Proyek Timur-Barat

Ketua Bapemperda DPRD Provinsi DKI Jakarta Abdul Aziz mengatakan, salah satu fokus utama dalam perubahan tersebut adalah pembangunan MRT Fase Timur-Barat
Cristiano Ronaldo Jaga Asa Al Nassr Juara Liga Champions Asia usai Bikin Brace ke Gawang Klub Qatar

Cristiano Ronaldo Jaga Asa Al Nassr Juara Liga Champions Asia usai Bikin Brace ke Gawang Klub Qatar

Cristiano Ronaldo berhasil menjaga asa Al Nassr menjadi juara Liga Champions Asia 2024-2025 usai mencetak dwigol dalam kemenangan atas klub Qatar, Al Gharafa.
MedikPro Aesthetic Clinic - I CHOOSE NATURAL FACELIFT

MedikPro Aesthetic Clinic - I CHOOSE NATURAL FACELIFT

Di tengah banyaknya opsi treatment kecantikan, MedikPro Aesthetic Clinic - klinik estetika spesialisasi contouring di Indonesia, dengan bangga mengumumkan campaign terbarunya bertajuk "I CHOOSE NATURAL FACELIFT".
Siap Jadi Senjata Shin Tae-yong, Ini 4 Debutan Timnas Indonesia yang Bakal Tampil di Piala AFF 2024: Permata dari Timur Hiasi Skuad Garuda

Siap Jadi Senjata Shin Tae-yong, Ini 4 Debutan Timnas Indonesia yang Bakal Tampil di Piala AFF 2024: Permata dari Timur Hiasi Skuad Garuda

Jelang tampil di Piala AFF 2024 bulan Desember, pelatih Shin Tae-yong memanggil sejumlah nama debutan yang bakal jadi andalan Timnas Indonesia untuk raih gelar.
Soal Kasus Impor Gula di Kemendag 2015-2016, Kejagung Periksa 5 Saksi

Soal Kasus Impor Gula di Kemendag 2015-2016, Kejagung Periksa 5 Saksi

Tim jaksa penyidik Jampidsus Kejaksaan Agung (Kejagung) pada hari Senin (25/11) memeriksa lima saksi dalam penyidikan perkara dugaan korupsi importasi gula di Kementerian Perdagangan pada tahun 2015–2016.
Trending
Profil Alwin Jabarti Kiemas, Jadi Tersangka Judi Online Komdigi Keponakan Megawati Ini Punya Karier yang Mentereng

Profil Alwin Jabarti Kiemas, Jadi Tersangka Judi Online Komdigi Keponakan Megawati Ini Punya Karier yang Mentereng

Kasus judi online di lingkungan Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) kini seret keponakan Megawati Soekarnoputri, Alwin Jabarti Kiemas. Ini profilnya!
Jurnalis Korea Selatan Akui Terkejut Ketika Meliput Pertandingan Timnas Indonesia, Tagar STY Out Sekejap Berubah Jadi Pujian

Jurnalis Korea Selatan Akui Terkejut Ketika Meliput Pertandingan Timnas Indonesia, Tagar STY Out Sekejap Berubah Jadi Pujian

Memperkenalkan diri sebagai Football Bohemian, Kim Tae-seok menceritakan atmosfer Stadion Gelora Bung Karno saat Timnas Indonesia menjamu Jepang dan Arab Saudi.
Keponakan Megawati, Alwin Jabarti Kiemas Jadi Tersangka Judi Online Komdigi, Begini Respons Tegas PDIP

Keponakan Megawati, Alwin Jabarti Kiemas Jadi Tersangka Judi Online Komdigi, Begini Respons Tegas PDIP

PDIP buka suara berita soal keponakan Megawati Soekarnoputri, yakni Alwin Jabarti Kiemas yang ditetapkan sebagai tersangka kasus judi online. Begini katanya..
Bertahun-tahun pakai Doa Iftitah dengan Inni Wajjahtu saat Shalat, Apakah Benar? Ustaz Adi Hidayat Tegaskan Kalau Nabi Muhammad SAW...

Bertahun-tahun pakai Doa Iftitah dengan Inni Wajjahtu saat Shalat, Apakah Benar? Ustaz Adi Hidayat Tegaskan Kalau Nabi Muhammad SAW...

Dalam penjelasannya, Ustaz Adi Hidayat Sebut itu hukumnya ini. Doa iftitah juga mempunyai keutamaan dahsyat jika diamalkan dalam shalat. Simak penjelasannya....
Reaksi Media Vietnam Dengar Asnawi Mangkualam Sebut Timnas Indonesia Kini Lebih Mudah Kalahkan Golden Star karena Banyak Pemain Naturalisasi 

Reaksi Media Vietnam Dengar Asnawi Mangkualam Sebut Timnas Indonesia Kini Lebih Mudah Kalahkan Golden Star karena Banyak Pemain Naturalisasi 

Media Vietnam memberikan reaksi usai mendengar Asnawi Mangkualam menyebut Timnas Indonesia kini lebih mudah mengalahkan Golden Star karena diperkuat banyak pemain naturalisasi.
Top 3 Bola: Kata Calvin Verdonk soal Suporter Garuda, Vietnam Makin Panik Lihat Timnas Indonesia, Maarten Paes Hampir Menyerah Jadi Pemain Bola

Top 3 Bola: Kata Calvin Verdonk soal Suporter Garuda, Vietnam Makin Panik Lihat Timnas Indonesia, Maarten Paes Hampir Menyerah Jadi Pemain Bola

Berikut 3 artikel bola terpopuler di tvOnenews.com pada Senin (25/11/2024). Kabar seputar pemain Timnas Indonesia masih menjadi yang paling banyak diminati.
Kejujuran Sarwendah soal Betrand Peto, Akui kini Onyo Sudah Mulai Berani Bicara soal Cinta: Dia Bilang ke Aku Kalau…

Kejujuran Sarwendah soal Betrand Peto, Akui kini Onyo Sudah Mulai Berani Bicara soal Cinta: Dia Bilang ke Aku Kalau…

Baru-baru ini, Sarwendah ungkap kejujuran soal Betrand Peto yang kini makin leluasa bicara cinta. Bagaimana cara Onyo mengungkap perasaan cintanya? Baca di sini
Selengkapnya
Viral