Jakarta, tvonenews.com - Toko Buku Gunung Agung yang berdiri sejak 1953, akhirnya bakal tutup toko pada akhir 2023 ini. Padahal Bung Karno pernah berpesan agar jangan tinggalkan bisnis ini karena sangat bermanfaat bagi bangsa.
Setelah 70 tahunan berdiri, Toko Gunung Agung memutuskan untuk menutup semua toko yang tersisa pada akhir 2023 ini, seperti gerai di Surabaya, Semarang, Gresik, Magelang, Bogor, Bekasi, dan Jakarta.
Hal tersebut dikonfirmasi langsung oleh Direksi PT Gunung Agung Tiga Belas, pada Minggu (21/5/2023). Toko Buku Gung Agung sudah mulai mengalami kerugian dan menutup beberapa toko di berbagai daerah sejak pandemi Covid-19 mendera tahun 2020.
Penutupan salah satu toko buku bersejarah di Indonesia itu mencuri perhatian publik yang merasa kehilangan akan kenangan masa kecil ketika berbelanja buku di Gunung Agung.
(Masagung dan Ny. Aju Agung mendampingi Soekarno meninjai pameran buku di Jl. Kwitang No. 6 Jakarta. Sumber: FB PT Gunung Agung, BSD)
Di era awal kemerdekaan, Toko Buku Gunung Agung kerap menggelar pameran buku di sejumlah daerah. Setelah beberapa kali menggelar pameran, tepatnya tahun 1954 Masagung atau Wie Tay bertemu dengan Soekarno dan Bung Hatta untuk pertama kalinya, dan langsung dekat saat itu juga.
Setelah pertemuan tersebut, Bung Karno membuat tokonya yang dibangun Masagung berkembang dengan pesat.
Usai pertemuan itu, Gunung Agung selalu digandeng pemerintah untuk menggelar pelbagai pameran buku tingkat nasional di kota-kota lain, mulai dari Medan, Yogyakarta, hingga ke Malaka dan Singapura.
Tahun 1963, untuk pertama kalinya Gunung Agung memiliki gedung sendiri di Jl Kwitang nomor 6, bertepatan dengan HUT Gunung Agung ke-10. Hari yang istimewa tersebut juga dihadiri langsung oleh Bung Karno.
Ada pesan dari Bung Karno, yang kemudian membuat Masagung semakin bersemangat mengembangkan usahanya.
"Masagung, saya ingin saudara meneruskan kegiatan penerbitan. Ini sangat bermanfaat untuk mencerdaskan bangsa, jadi jangan ditinggalkan," ujar Bung Karno.
Sejak itu, Masagung terus menerbitkan sejumlah buku-buku baru terkait perjuangan bangsa Indonesia, mulai dari Di Bawah Bendera Revolusi (2 jilid), Biografi Bung Karno tulisan wartawan AS, Cindy Adams, buku koleksi lukisan Bung Karno (5 jilid), serta sejumlah buku tentang Bung Karno lainnya.
(Pendiri Toko Buku Gunung Agung, Masagung dan Ny. Aju Agung menyambut Presiden Soekarno di Pekan Buku Indonesia 1954. Sumber: FB PT Gunung Agung, BSD)
Penerbitan buku-buku Bung Karno inilah yang membawa Gunung Agung menanjak.
Bantuan Bung Karno tidak berhenti di situ. Bung Karno juga meminta Gunung Agung mengisi kebutuhan buku bagi masyarakat Irian Barat saat Trikora. Masagung lalu kemudian mengadakan pesta buku di Biak, Marauke, Serui, Fak Fak, Sorong, dan Manokwari.
Tugas yang sama kembali diemban untuk masyarakat Riau dalam rangka Dwikora. Bukan cuma di Indonesia. Masagung juga agresif membangun jaringan di luar negeri. Tahun 1965, dia membuka cabang Gunung Agung di Tokyo, Jepang. Lalu mengadakan pameran buku Indonesia di Malaysia awal 1970-an.
Pemilik sekaligus pendiri Toko Buku Gunung Agung adalah Tjio Wie Tay atau juga dikenal sebagai Haji Masagung.
Toko buku ini berdiri pada 1953 yang bermula dari kongsi dagang dengan Lie Tay San dan The Kie Hoat.
Pada 1945, kongsi dagang bernama Thay San Kongsie tersebut mulanya memperdagangkan rokok.
Lalu, pasca kemerdekaan Indonesia, Thay San Kongsie mulai mengembangkan bisnis dengan membuka toko buku karena permintaan terhadap buku-buku di Indonesia sangat tinggi.
Penjualan buku lantas lebih berkembang dibandingkan rokok hingga membuat kongsi dagang itu beralih fokus ke toko buku.
Melihat peluang penjualan buku yang semakin tinggi, Haji Masagung kemudian membeli rumah sitaan Kejaksaan pada 1951 di Jalan Kwitang Nomor 13, Jakarta Pusat sebagai percetakaan kecil sekaligus toko buku pertamanya.
Perkembangan bisnis yang semakin besar dan kompleks di awal pasca kemerdekaan membuat Haji Masagung mendirikan perusahaan baru yang khusus untuk menerbitkan dan mengimpor buku, bernama Firma Gunung Agung pada 1953.
Pendirian firma tersebut sekaligus menjadi awal dari popularitas Toko Buku Gunung Agung yang ditandai dengan perhelatan pameran buku di Jakarta pada 8 September 1953.
Kesuksesan tersebut lantas berlanjut dengan diprakarsainya pameran buku yang lebih megah bernama Pekan Buku Indonesia 1954 oleh Haji Masagung,
Bahkan, toko buku ini juga pernah dipercaya oleh Bung Karno untuk menggelar pameran buku di Medan dalam rangka Kongres Bahasa tahun 1954.
Popularitas Gunung Agung juga tak lepas dari penerbitan buku autobiografi Sukarno yang ditulis Cindy Adams, seorang jurnalis Amerika Serikat.
Lewat penerbitan buku autobiografi berjudul Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat, toko buku ini lantas semakin terkenal sebagai penerbit buku autobiografi atau biografi tokoh-tokoh bangsa Indonesia.
Selama 70 tahun berdiri, Toko Buku Gunung Agung terus berkembang dan berinovasi dalam menyediakan buku dan alat tulis berkualitas. Lini produknya juga berkembang dengan menyediakan kebutuhan sekolah, barang olahraga, alat musik, peralatan kantor, hingga produk teknologi tinggi. (ito)
Load more