Jakarta, tvOnenews.com - Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, Dhelya Widasmara menjelaskan alasan mengapa dewasa ini kasus sifilis lebih banyak ditularkan lewat laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki (LSL).
Menurut Dhelya, melansir dari penelitian Chicago Department of Public Health penyakit sifilis ini lebih sering ditularkan lewat oral seks.
"Pola penularannya telah berubah, jika dahulu tahun 1990-an sifilis sering menyerang kaum heteroseksual. Tetapi sejak awal 2000 hingga saat ini insidensinya lebih tinggi pada homoseksual," kata dia, saat dihubungi tvOnenews.com, Jumat (26/5/2023).
Lebih lanjut, dokter yang kerap memberi edukasi kesehatan di media sosial ini pun menjelaskan mengapa tren penularan berubah dan signifikan menyerang pasangan homoseksual.
Sebagai informasi, Kepala Instalasi Promosi Kesehatan RSUD Saiful Anwar Jawa Timur ini menjelaskan bahwa sifilis yang tidak terobati dapat membahayakan seperti menimbulkan gumma atau benjolan kecil pada kulit.
Tidak hanya itu saja, sifilis juga menyebabkan gangguan neurologis seperti nyeri kepala, stroke, meningitis, impotensi pada pria, gangguan penglihatan, gangguan kardiovaskular, HIV/AIDS, hingga kompilasi pada ibu hamil dan bayi dalam kandungan.
"Sifilis tentunya dapat sembuh jika sejak gejala awal langsung diobati. Salah satu obat yang dapat mengobati bakteri sifilis adalah antibiotik, yaitu penisilin yang disuntik ke tubuh pasien," pungkasnya.
Angka Penyakit Sifilis di Indonesia Meningkat Hingga 70 Persen
Marak angka penyakit menular seksual sifilis di Indonesia melonjak tinggi, yang terbaru data di DIY Yogyakarta meningkat drastis per April 2023.
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, Dhelya Widasmara mengatakan kasus sifilis alami peningkatan hingga 70 persen.
Dhelya melansir data yang pernah disampaikan oleh Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Jubir Kemenkes), Mohammad Syahril mengatakan pada tahun 2018 ada 12.484 kasus dan angka ini terus naik setiap tahunnya.
"Jumlah ini terus mengalami peningkatan dan menjadi 20.783 kasus pada 2022," kata dia, saat dihubungi tvOnenews.com, Jumat (26/5/2023).
"Angka di atas menunjukkan kasus sifilis meningkat hampir 70 persen dalam kurun waktu lima tahun terakhir, yakni 2018 sampai 2022 kemarin," sambung dia.
Dokter yang kerap membagikan edukasi kesehatan di media sosial pribadi @dhelya_spkk, menjelaskan rentang usia pengidap sifilis adalah usia produktif 25 hingga 49 tahun.
Sementara, melansir dari laman resmi Kementerian Kesehatan, penyakit sifilis atau raja singa juga dilaporkan meningkat dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (2016-2022).
Dari 12 ribu kasus menjadi hampir 21 ribu kasus dengan rata-rata penambahan kasus setiap tahunnya mencapai 17.000 hingga 20.000 kasus.
Syahril membeberkan presentase pengobatan pada pasien sifilis masih rendah. Pasien ibu hamil dengan sifilis yang diobati hanya berkisar 40 persen pasien. Sisanya, sekitar 60 persen tidak mendapatkan pengobatan dan berpotensi menularkan dan menimbulkan cacat pada anak yang dilahirkan.
“Rendahnya pengobatan dikarenakan adanya stigma dan unsur malu. Setiap tahunnya, dari lima juta kehamilan, hanya sebanyak 25% ibu hamil yang di skrining sifilis. Dari 1,2 juta ibu hamil sebanyak 5.590 ibu hamil positif sifilis,” kata dr. Syahril.(agr/muu)
Load more