Saya sebenarnya bisa acuh dan melanjutkan perjalanan ruhani sendiri. Ini ibadah haji, pertama saya. Saya ingin mereguk kenikmatan sedalam dalamnya.
Tapi tiba tiba seperti ada gugatan: apa ini teguran untuk saya? Bukankah selama ini saya hidup seringkali ditopang bantuan orang lain. Kenapa tak memberi bahu sekedar untuk menyender perempuan renta yang kelelahan?
Saya lalu memutuskan untuk mendampingi, mencarikan hotel tempat Mbah Ruli menginap, tapi ternyata cukup rumit. Baru beberapa meter saya papah, ia menjerit jerit tak kuat menahan sakit di kakinya. Ternyata, ia sudah berjalan sangat jauh sebelumnya.
Hanya ada dua pilihan: menggendong atau menunggu bantuan datangnya kursi roda yang mungkin akan sangat lama.
Saya memilih yang pertama. Saya yakinkan Mbah Ruli untuk memegang leher saya dari belakang dengan kedua tangannya. Hup, saya gendong ia ke punggung sambil kedua tangan saya memegang kedua paha bawah si mbah, menahan badannya agar tidak melorot.
Saya berjalan cukup lama, lebih dari 2 kilometer, mencari hotel tempat rombongan haji Mbah Ruli menginap. Sesekali tangannya sangat kencang mencekik leher sehingga saya sulit bernafas.
(Nenek Ruliyah sedang digendong saat menunaikan ibadah haji pada tahun 2018 lalu. Sumber: Istimewa)
Load more