Samarinda, Kalimantan Timur – Aktivis dan Mahasiswa Kalimantan Timur yang terdiri dari JATAM Kaltim, WALHI Kaltim, FH Pokja 30 Kaltim, FNKSDA, dan Mahasiswa/i Papua melakukan aksi keprihatinan terhadap korban lubang bekas tambang yang tidak mendapat perhatian serta penanganan serius oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, Rabu (3/11/2021) di depan Kantor Gubernur Kaltim di Jalan Gajah Mada Kota Samarinda, Kalimantan Timur.
Tenggelamnya Febi Abdi Witanto (25 Tahun), pada 31 Oktober 2021 lalu di lubang tambang batubara di kawasan Jalan Kalan Luas, Kelurahan Makroman, Kota Samarinda, Kaltim, menambah daftar panjang korban tewas di lubang tambang. Setidaknya sebanyak 40 warga tewas di lubang bekas tambang.
Meski puluhan korban akibat galian lubang tambang tewas, pemerintah daerah terkesan menutup mata tanpa adanya tindakan untuk melakukan reklamasi serta minimnya pengawasan.
Kasus tewasnya anak-anak di Lubang Tambang di Indonesia merupakan gambaran buruknya tata Kelola lingkungan hidup dan pertambangan Batubara di Indonesia, Presiden Joko Widodo dan Gubernur Kaltim Isran Noor dituding sebagai dua pemimpin pelindung batubara, meskipun pemerintah baru saja berpidato tentang komitmen pada lingkungan hidup dan iklim di Konferensi Iklim COP 26 Glasgow kemarin.
JATAM Kaltim mencatat, di Kalimantan Timur ancaman lubang tambang masih menghantui karena secara keseluruhan masih ada 1.735 lubang bekas tambang. Sementara, di Kota Samarinda sendiri terdapat 349 lubang bekas tambang yang dibiarkan menganga tanpa reklamasi dan pemulihan. Tentu saja hal ini akan menjadi bom waktu sebagai salah satu persoalan serius yang tak mendapat perhatian serta tindakan dari pemerintah. (Asho – Samarinda)
Load more