Seorang tokoh yang dalam survei-survei selalu memperoleh nilai satu koma (nasakom), masih saja memaksakan diri untuk ikut dalam ajang perjodohan. Hanya karena dia mampu membayar konsultan politik, mereka tidak berpikir, mungkin masyarakat jengah dengan "syahwat politik" yang terlampau besar. Pokoknya, selalu merasa bisa.
Sudirman Said, dalam pengakuannya, menceritakan bagaimana seorang pejabat "mengganggu" bakal Capres Anies Baswedan.
Sang Pejabat selalu tak habis akal untuk menawarkan banyak hal, sejak kedudukan, jabatan, posisi di pemerintahan, hingga tawaran material lain hanya supaya salah satu parpol mundur dan "tiket" Sang Capres lepas dari tangan.
Sang pejabat itu mungkin saja hanyalah orang suruhan dari pihak paling berkuasa lain. Masih segar dalam ingatan bagaimana suara suara menunda pemilu atau presiden tiga periode, meski jelas jelas mengangkangi konstitusi, ternyata pernah sangat nyaring diteriakkan.
Saya juga jadi ingat dua Presiden kita dengan masa jabatan terpendek, tapi meninggalkan istana dengan kepala tegak: B.J Habibie dan Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Senyum Habibie tak pernah lepas meski hanya menjabat 1,5 tahun dan jadi Presiden tersingkat sepanjang sejarah Indonesia. Wajahnya tidak seperti kehilangan apapun.
Begitu pun Gus Dur ia keluar istana dengan legowo. Ia melarang pendukungnya datang ke Jakarta mempertahankan kekuasaannya. "Ada yang lebih penting dari politik, yaitu kemanusiaan," ujar Gus Dur.
Load more