Jakarta, tvOnenews.com – Pondok Pesantren Al Zaytun menuai polemik di media sosial lantaran tersebar sebuah foto salat Idulfitri yang berbeda dengan umumnya (22/04).
Berdiri sejak tahun 1996, ini bukanlah kali pertama Pondok Pesantren Al Zaytun menjadi sorotan. Viralnya Ponpes Al Zaytun mau tidak mau membuat nama pendirinya, Panji Gumilang, turut terseret.
Tim tvOne melakukan penelusuran mengenai fakta-fakta Pondok Pesantren Al Zaytun. Salah satunya dengan melakukan wawancara dengan Riky, seorang alumni Ponpes Al Zaytun.
Dalam wawancara eksklusif untuk program FAKTA, tim tvOne menanyakan pengalaman Riky selama mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren Al Zaytun.
Riky dalam keterangannya mengaku tidak ada keanehan yang terjadi selama dirinya bersekolah. Ia juga membantah adanya praktik ibadah 'nyeleneh' seperti yang viral saat ini.
Diketahui Riky menempuh pendidikan di Pondok Pesantren Al Zaytun pada tahun 2000 hingga 2006 silam. Melihat berita-berita yang heboh belakangan ini Riky mengaku menyayangkan hal tersebut.
“Saat saya jadi santri tidak (ada yang mencurigakan),” ungkap Riky.
Sebagai seorang alumni Riky juga mengaku tidak keberatan akan uang masuk yang dibebankan padanya. Kala itu dirinya dikenai biaya Rp 9 juta di awal pendaftaran untuk durasi 6 tahun pendidikan di Ponpes Al Zaytun.
Alih-alih keberatan, Riky justru mengaku profit atau diuntungkan karena biaya tersebut. Selama bersekolah ia juga tidak curiga mengenai asal muasal dari fasilitas yang didapatkan murid-murid Ponpes Al Zaytun.
Meskipun biaya pendidikan tergolong murah, ia mengasumsikan fasilitas lengkap yang didapatkan berasal dari donasi atau sedekah banyak orang.
“Bermilyaran saat itu (sedekah) yang saya dengar itu. Nah, perkara uangnya dijadikan ke masjid atau menjadi biaya operasional (pesantren) saya nggak bisa jawab. Tiap ada event (di pesantren) pasti digelar untuk bersedekah,” ungkap Riky.
Riky memang tidak menemukan keanehan saat menjadi santri di Pondok Pesantren Al Zaytun. Namun bukan berarti dirinya tidak merasakan keresahan yang sama seperti netizen terkait perkembangan Ponpes Al Zaytun belakangan ini.
Pada tim tvOne, Riky mengaku sempat akan dibai’at oleh seorang pengajar di Ponpes Al Zaytun pada tahun 2022 lalu. Menurut pengakuan Riky sosok ustaz yang datang kepadanya merupakan seorang guru Bahasa Indonesia ketika ia tengah menjadi santri.
Ustaz ini menghubungi kembali Riky melalui teman majelis taklimnya di rumah. Riky pada tim tvOne meyakini bahwa ustaz tersebut merupakan seseorang yang pro terhadap Negara Islam Indonesia (NII).
“Dia memenggal sebuah ayat yang di saat saya diskusi ini ‘masuk Islam-lah secara kaffah (menyeluruh)’ hukum yang diterapkan hukum Islam, kehidupan dijalankan dengan kehidupan Islam,” ungkap Riky.
“Saya mengaminkan dia itu NII, saya sangat mengaminkan dia itu NII. Dan statement terakhir saya ke ustaz itu ‘Ustaz, kalau Ustaz sadar ini salah tolong jangan disebarkan’ ustaz guru bahasa Indonesia angkatan 3,” tambah Riky menjelaskan sosok tersebut.
Riky juga mengaku sempat mengingatkan pada guru Bahasa Indonesia tersebut untuk tidak mengambil ayat secara penggalan-penggalan.
Menurut Riky akan lebih bijak ketika seseorang mengambil kebaikan dari Al Qur’an lantas segera diterapkan. Namun kurang bijak jika mengambil penggalan suatu ayat untuk kepentingan pribadi atau melancarkan suatu tujuan.
Meski begitu ketika ditanya ulang oleh reporter tvOne, mengenai status ustaz yang mengajar Bahasa Indonesia tersebut, apakah masih mengajar di Al Zaytun atau tidak, Riky menjawab kemungkinan masih. (Lsn)
Load more