tvOnenews.com - Ponpes Al-Zaytun Indramayu masih jadi perbincangan publik, hal ini seiring dengan mencuatnya beberapa pernyataan kontroversial yang dilontarkan oleh pimpinan mereka, Panji Gumilang.
Nama Ponpes Al-Zaytun Indramayu menjadi viral pertama kali setelah diketahui pada saat ibadah Shalat Idul Fitri 1444 H mencampurkan jemaah wanita dan laki-laki dalam satu shaf hingga menjadi perbincangan publik.
Pimpinan Ponpes Al-Zaytun, Panji Gumilang.
Berdasarkan rekam jejak digital Ponpes Al Zaytun pernah tersandung kasus menjadi pusat gerakan Negara Islam Indonesia (NII) pada 2011 dan sudah diproses 2 kali oleh Mabes Polri.
Selain itu, pengajaran Ponpes Al Zaytun Indramayu juga bertentangan dengan ajaran Islam membuat banyak yang mempertanyakan mengapa Ponpes Al Zaytun masih berdiri.
Alumni Al-Zaytun Berani Bicara soal hal tak biasa di Ponpes
Kisah lain dari para alumni Pondok Pesantren Al-Zaytun ini pun diberikan kepada tim tvOne,
Mengatakan bahwa Pondok Pesantren Al- Zaytun, di mana tempat dirinya mengenyam pendidikan selama 6 tahun, melihat kalau di dalam pondok pesantren tersebut sebenarnya sudah ada orang-orang yang terpapar dengan NII (Negara Islam Indonesia) KW9.
namun bagaimana sebenarnya jika indikator Pondok Pesantren Al Zaytun dijadikan wadah NII KW9.
"Kalau saya sama juga, kita dulu saya itu juga masih kecil nggak ngerti apa-apa ya nggak punya landasan. Akhirnya sama dengan sebetulnya tuh sepekan sebelum lulus itu ada yang namanya Irsyad atau pembekalan di masyarakat," ucap Ikhsan, Alumni Ponpes Al-Zaytun.
Ikhsan mengatakan bahwa Irsyad itu wajib diikuti oleh semua santri wajib. Menurut penuturan kawan dari Ikhsan asal Kalimantan bahwa materinya normal seputar tentang ilmu Islam.
"Tentang akar, daun dan buah kayak gitu, nggak ada doktrin apa-apa, gak ada ajakan apapun," terangnya.
"Normalnya tuh ibaratnya itu kami ini adalah buah dari pendidikannya Al-Zaytun," lanjutnya.
Pengakuan mengejutkan alumni Ponpes Al-Zaytun soal pembekalan.
Senada dengan pengakuan alumni Ponpes Al-Zaytun lainnya yang bernama Solihin. Ia mengaku bahwa dalam pembekalan itu dirinya masuk kategori yang tidak serius mendengarkan.
Alasannya adalah kebanyakan dari doktrin itu tidak menyerang secara paparan, dan ketika seseorang mendengarkan fundamental ada pemahamannya.
"Dia punya pemahaman sekian, ternyata nyambung, jadi yang diharapkan dari mereka sebagian banyak tembakan misalnya ketika kita menembak sesuatu, tentu kriteria orang yang kita tembak itu jelas personanya, harus seperti dan itu mudah untuk pengikutnya," jelasnya.
Tiara Harahap reporter Fakta TvOne menyinggung soal adanya dugaan ajaran-ajaran tertentu di Ponpes Al-Zaytun.
"Iya ada, 2 bulan setelah lulus, saya juga ikut karena tidak enak saja, bukan karena yakin atau apa. Udah saya anggap kayak orang tua," tutur Ikhsan.
Menurutnya, Irsyad menjadi landasan untuk kepada santri Al-Zaytun yang 'apes'.
"Kenapa dibilang apes? karena memang kita gak diincar dari almamater kita untuk direkrut itu nggak," ujarnya.
"Ya mungkin ketemu yang orang-orang rekrutmen yang lagi di kampus, nah itu baru setelah lulus baru mungkin bisa jadi," sambungnya.
"Indikasinya itu yang orang-orang datang 200 ribu orang dari mana? sedangkan kita penghuninya itu cuma 20 ribu, kalau katakan kerabat dari 20 ribu ini dikali berapa biar jadi 200 ribu, kan katanya tadi masuk Al-Zaytun susah, lalu orang ada kepentingan apa datang ke situ untuk mendengarkan ceramah 1 Muharram." tutupnya. (ind)
Baca artikel terkini dari tvOnenews.com selengkapnya di Google News, Klik di sini
Load more