tvOnenews.com - Sosok Panji Gumilang masih menjadi sorotan publik, hal itu seiring dengan mencuatnya berbagai kontroversi di Ponpes Al-Zaytun Indramayu, banyak pihak pun penasaran dengan dari mana aliran sumber dana yang masuk ke ponpes, Selasa (20/6/2023).
Nama Ponpes Al-Zaytun Indramayu menjadi viral pertama kali setelah diketahui pada saat ibadah Shalat Idul Fitri 1444 H mencampurkan jemaah wanita dan laki-laki dalam satu shaf hingga menjadi perbincangan publik.
Berdasarkan rekam jejak digital Ponpes Al Zaytun pernah tersandung kasus menjadi pusat gerakan Negara Islam Indonesia (NII) KW9 pada 2011 dan sudah diproses 2 kali oleh Mabes Polri.
Selain itu, pengajaran Ponpes Al Zaytun Indramayu juga bertentangan dengan ajaran Islam membuat banyak yang mempertanyakan mengapa Ponpes Al Zaytun masih berdiri.
Nama Panji Gumilang selaku dedengkot di Pesantren yang berlokasi di Indramayu Jawa Barat tersebut hingga kini masih jadi perbincangan di masyarakat, lantaran pernyataan-pernyataannya kontroversialnya.
Mantan pengikut Panji Gumilang ungkap sumber aliran dana Ponpes Al-Zaytun
Anto, Mantan pengikut Panji Gumilang.
Tim Fakta tvOne menelusuri dari mana sumber dana besar yang terus melimpah ke ponpes al-zaytun.
Tiara Harahap berhasil menemui salah satu mantan pengikut dari Pemimpin Ponpes Al-Zaytun, Panji Gumilang. Dan dirinya juga turut membangun dari ponpes masih direncanakan hingga diresmikan pada tahun 1999.
Anto adalah anggota NII (Negara Islam Indonesia) KW9 dibawah pimpinan Panji Gumilang, meski hanya beberapa tahun bergabung, namun Anto sangat mengetahui bagaimana dirinya melakukan proses penggalangan dana.
Di mana semua penggalangan dana itu ditujukan kepada Panji Gumilang.
"Dalam penggalangan dana yang kemudian untuk Al-Zaytun, itu otomatis harus menjadi anggota NII dulu, kalau Al-Zaytun sekarang muncul sebagai sebuah entitas yang besar yang diresmikan pada tahun 1999," tuturnya yang dilansir dari Youtube tvOnenews.
Menurutnya, itu merupakan proses pembangunannya ke belakang panjang dari tahun 1996, dan artinya sebelumnya sudah dipersiapkan dananya.
Soal penggalangan dana, Anto mengaku bahwa itu berasal dari jaringan bawah tanah, orang-orang yang tergabung dalam kelompok NII.
Anto juga mengatakan bahwa Panji Gumilang tidak mendapatkan keuntungan dari bisnis pendidikan di Ponpes Al-Zaytun.
"Dari mana uangnya? bukan dari Saudi, bukan dari luar negeri. Dari dalam negeri, dari orang-orang NII yang menyetorkan setiap bulan miliaran untuk memutar roda organisasi," ungkapnya.
Pimpinan Ponpes Al-Zaytun, Panji Gumilang.
Mantan anggota NII juga mengungkapkan bahwa semua telah disiapkan, seperti program pendidikan hingga ibukota.
"Kita punya basis, kita punya program yang dijalankan, kita punya Ummul Quro ini Indramayu, punya program pendidikan, kesehatan, militer dan sebagainya, ini harus dibiayai," ujarnya.
Bahkan dari tingkatan wilayah Gubernur ke bawah, Anto menyatakan bahwa Indramayu atau Ponpes Al-Zaytun sebagai Ummul Quro, ibukota NII.
"Madinah Indonesia itu di Al-Zaytun, makanya jangan heran tiap berkumpul 100 ribu orang, 200 ribu orang, itu real," pungkasnya.
"Dan itulah kapal selam besar yang mensuplai uang untuk kapal pesiar yang tidak punya mesin itu," sambungnya.
Lalu, Anto ditanya soal apa yang membuatnya untuk mengakhiri kisahnya sebagai anggota NII KW9.
"Penggalangan dana itu kan, melegalisasi semua tindakan, itu imbasnya kepada pribadi-pribadi yang melakukan aksi-aksi kriminal," terangnya.
"Saya sebagai pimpinan kan punya jemaah banyak, mahasiswa terutama," ucapnya membeberkan jumlah anggota dari NII.
Dirinya merincikan jumlah anggota dari NII KW 9,"Satu desa kan bisa sampai 100 sampai 200 orang, kalau satu kecamatan kan minimal 1000 orang," ujarnya.
"Dan 1000 orang semuanya suruh nyuri, perkara tuh, ada yang ditangkap polisi, ditangkap militer, ditangkap keluarga," tuturnya.
Di mana setelah itu semua terjadi yang terjerat dengan kasus pidana, maka Anto bertanya kepada pimpinan bahwa apa yang dilakukan kepada mereka yang sudah berkontribusi.
Tetapi jawabannya malah,"Tinggalkan," ucapnya menirukan dari Pimpinan Al-Zaytun.
"Alasannya keamanan, kalau sudah tidak berguna, tinggal. Kalau masih ada, ya diperas sampai habis. Kan jadi berpikir ulang saya," tuturnya.
Hal yang diresahkannya adalah bagaimana jika dirinya bernasib sama dengan anggota NII yang ditangkap polisi tersebut dan ditinggalkan.
"Jadi buat apa berjihad, tetapi orang-orang yang sudah berkontribusi malah ditinggal begitu saja, pertanyaan itu kemudian membuat saya dianggap ini dianggap indisipliner," tutupnya. (ind)
Baca artikel terkini dari tvOnenews.com selengkapnya di Google News, Klik di sini
Load more