Jakarta, tvOnenews.com - Kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang melibatkan pasangan suami istri di Depok masih terus bergulir.
Terbaru, pihak suami berinisial BI menyatakan telah mengajukan restorative justice (RJ) ke Polda Metro Jaya.
Kuasa hukum BI, Eka Sumanja, mengatakan pihaknya mengajukan RJ sejak Selasa (20/6/2023).
"Kita sudah mengajukan permohonan restorative justice ke Polda Metro Jaya pada Senin kemarin. Ikuti petunjuk Pak Kapolda," kata Eka saat jumpa pers di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (22/6/2023).
Eka berharap Kapolda Metro Jaya Karyoto dapat memfasilitasi proses RJ antara kliennya dan sang istri.
"Berkaitan dengan statement Pak Kapolda Metro Jaya Karyoto, dari pihak Pak Bani, pada prinsipnya sangat mengapresiasi atas langkah yang dilakukan oleh Pak Kapolda," ujar dia.
"Dari klien kami sangat berharap proses mediasi yang difasilitasi oleh Kapolda. Mudah-mudahan bisa menyelesaikan persoalan yang selama ini terjadi di antara keduanya," tambahnya.
Kasus KDRT di Depok yang viral, pihak suami ajukan restorative justice demi anak. Dok: Haries Muhamad-tvOne
Di sisi lain, dia mengungkapkan BI telah menjalani operasi hernia di salah satu rumah sakit di Depok.
Menurutnya, operasi itu merupakan akibat dari kekerasan yang dilakukan oleh PB.
"Bahwa di minggu kemarin klien kita sudah dilakukan tindakan operasi hernia di salah satu rumah sakit di Depok sebagai akibat atas tindakan yang dilakukan oleh PB," ungkap Eka.
Ia pun mengungkapkan dampak dari terus berlarut kasus KDRT antara BI dan PB. Salah satunya terkait anak dari pasangan suami istri tersebut.
"Dengan kejadian sejak 25 Februari 2023 malam tersebut sampai dengan hari ini, itu sangat berdampak sekali terhadap tumbuh kembang anak. Di mana sang anak tidak dapat belajar secara tatap muka. Sekolah mengeluarkan kebijakan untuk online," ucap dia.
Nilai akademik anak BI dan PB pun disebut mengalami penurunan selama tiga bulan terakhir.
Bahkan, Eka menyebut anak pasangan suami istri itu gagal menjadi ketua OSIS lantaran kasus yang menjerat kedua orang tuanya.
"Anak pertama yang memang dipersiapkan menjadi kandidat ketua OSIS pupus dan kandas akibat berlarut-larutnya persoalan ini. Saya juga sudah komunikasi dengan pihak guru bahwa memang guru juga menyatakan ini anak cerdas. Sayang sekali dengan kejadian ini cita-cita anak menjadi ketua OSIS pupus hanya karena persoalan ini," tutur Eka. (hmd/nsi)
Load more