Indramayu, tvOnenews.com - Tim gabungan dari MUI pusat dan Jawa Barat yang dipimpin oleh ketua tim investigasi Profesor Firdaus Syam melakukan pertemuan dengan Polres Indramayu.
Tim investigasi dan kepolisian membahas polemik terkait pimpinan Ponpes Al Zaytun, Panji Gumilang yang statemennya viral dan penuh dengan kontroversi. Pertemuan dan pembahasan itu berlangsung tertutup selama kurang lebih satu jam.
Ketua tim investigasi mengatakan, diskusi dan tukar informasi ini dilakukan untuk menentukan sikap dan langkah ked epan terkait polemik Panji Gumilang dan Al Zaytun.
Sejumlah fakta-fakta baru dibeberkan kepada kepolisian, yang didalamnya berkaitan dengan Al Zaytun dan pimpinannya. Bahkan, MUI juga tidak menutup kemungkinan adanya dugaan tindak pidana di dalam Al Zaytun, namun semua itu perlu dilakukan pendalaman lebih lanjut.
Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua Tim Investigasi MUI Pusat, Firdaus Syam. Menurutnya, tim investigasi dari MUI telah mengumpulkan data dan akan mengkonfirmasi langsung ke Pimpinan Ponpes Al Zaytun, Panji Gumilang.
"Kami sudah mengumpulkan data dan nanti setelah kami klarifikasi, meminta penjelasan beliau (Panji Gumilang), karena kita harus konfirmasi, kita harus tabayun, apa yang kita dapat kita tanyakan ke yang bersangkutan, agar kita bisa ambil keputusan yang adil," ungkapnya, kepada tvOnenews.com saat mengunjungi Mapolres Indramayu, Jumat (23/6/2023).
"Ada fakta baru yang kita temukan, harus kita dalami, kita harus kaji, fakta ini harus kita kaitkan dengan fakta yang lain," katanya.
Firdaus melanjutkan, tidak menutup kemungkinan adanya pelanggaran hukum atau tindak pidana yang terjadi di Ponpes Al Zaytun.
"Dugaan tindak pidana iya ada, tentu kita harus lebih hati-hati dan teliti, masalah hukum ini menyangkut orang banyak, kita tidak ingin merugin satu orang, kita pun tidak akan membiarkan jika ada pelanggaran hukum," lanjutnya.
Sementara itu, Kapokres Indramayu, AKBP Fahri Siregar, mengatakan, petugas kepolisian akan menindak lanjuti polemik di Al Zaytun, sesuai atensi dari Kapolri.
"Kami petugas kepolisian akan menindaklanjuti atensi dari Pak Kapolri, apakah ini masuk dsri peristiwa hukum menjadi unsur pidana, nanti kita akan pelajari," katanya.
Terkait pelanggaran hukum, Fahri menjelaskan, saat ini petugas kepolisian masih mendalami dan mengkaji terkait kontroversi hingga pernyataan dari pimpinan Ponpes Al Zaytun.
"Terkait pelanggaran hukum, sampai saat ini masih kita kaji dan pelajari terhadap peristiwa-peristiwa yang selama ini terjadi, kontroversialnya, termasuk beberapa statmennya," jelasnya.
Diketahui, Tim Investigasi MUI dan Pemprov Jabar menjadwalkan pemanggilan terhadap Panji Gumilang pada hari ini, Jumat (23/6/2023), sekitar pukul 13.00 WIB.
Pengakuan Salah Satu Pendiri Al Zaytun
Salah satu pendiri Ponpes Al Zaytun, Imam Supriyanto atau Mbah Imam mengungkap fakta mencengangkan tentang Panji Gumilang dan Ponpes Al Zaytun sendiri.
Mbah Imam menyebut, Panji Gumilang adalah sosok yang cerdas. Namun ia justru menyayangkan jika kecerdasan dedengkot Ponpes Al Zaytun itu digunakan dalam mengajarkan hal yang salah.
Ia menyebut, kecerdaan Panji Gumilang juga kerap digunakan untuk mencari dana tambahan kepentingan pribadi.
Bahkan Mbah Imam mengatakan bahwa Panji Gumilang pernah meminjam dana ponpes untuk keperluan pribadi.
"Contohnya dulu pake uang Rp1,9 miliar kalau enggak salah. Itu enggak dikembalikan lagi ke kita, ke pesantren. Uang pesantren dipakai. Nah, sekarang dia kaya raya mobilnya aja Jaguar. Rumahnya ada di Lippo dan sebagainya," jelasnya.
Tak hanya itu, ia juga mengatakan bahwa kini Ponpes Al Zaytun tengah mengalami kesulitan dana.
Hal itulah menurutnya yang membuat Panji Gumilang mengajarkan hal yang tak sesuai dengan ajaran Islam.
"Dia ini melihat kalau sekarang di Al Zaytun kesulitan uang. Tidak bisa membayar cicilan atau sebagainya, yang udah masuk sesi, terus dilelang," ungkap Mbah Imam.
"Nah, iya cari ke investor lain, kan dia senangnya ke pertanian. Dia memang cita-citanya itu di pembangunan ekonomi pertanian. Karena Israel yang pertaniannya maju itu Israel," sambungnya.
Mbah Imam menyebut Panji Gumilang tak layak menjadi pimpinan Ponpes Al Zaytun.
"Panji Gumilang gak boleh pimpin pesantren lagi. Nanti bahaya karena kalau orang udah umur segitu kelakuannya begitu gak akan sembuh," tegasnya.
Ia menyebut, kelakukan Panji Gumilang itu berbeda dengan perilakunya dahulu yang masih waras dan lurus.
Mbah Imam mengatakan, kelakukan nyeleneh pimpinan Ponpes Al Zaytun itu mulai terjadi setelah ia keluar dari penjara. Diketahui, Panji Gumilang pernah dihukum pidana pada 2015 lalu.
"Dia dulu ya kita lurus-lurus aja setelah kejadian 2015 yang dia dipidanakan kemudian menjalankan hukuman gitu. Setelah itu dia keluar dan munculah yang aneh-aneh itu keluar," ujar Mbah Imam dalam acara Apa Kabar Indonesia Siang tvOne, Rabu (21/6/2023).
Dedengkot Al Zaytun Ingin Jalin Hubungan dengan Israel
Dalam kesempatan itu, Mbah Imam juga membeberkan hubungan Panji Gumilang dengan negara Israel.
Ia menyebut, Panji Gumilang ingin menjalin hubungan dengan Israel.
"Dia kepengen menjalin hubungan. Bahkan dia sudah komunikasi entah dengan direktur atau apa itu istilahnya sudah komunikasi, sekolah di sana itu. Dia ingin berkunjung ke Tel Aviv."
"Mungkin dari sekolah itu berarti dipublish atau diperkenalkan kepada orang pemerintahan atau bagaimana itu mungkin karena terjadi apa," ungkap Mbah Imam.
Punya Dermaga Khusus
Ponpes yang terletak di Desa Mekarjaya, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat ternyata tengah membangun dermaga khusus Al Zaytun.
Dalam demonstrasi yang terjadi Kamis (15/6/2023) silam, massa meminta untuk menghentikan pembangunan tersebut.
Dilansir dari kanal Youtube religiOne tvOne, Panji Gumilang dikabarkan sedang membuat puluhan kapal seukuran bahtera Nabi Nuh.
Pelabuhan Al Zaytun terletak di Desa Eretan, Indramayu. Bersama warga, tim tvOne bertandas menuju lokasi tersebut.
Berdasarkan pantauan tim tvOne, dari depan pintu gerbang kayu, suasana pelabuhan terlihat begitu sepi tanpa hiruk pikuk aktivitas pembangunan.
Seorang warga setempat, Tarmin, mengamini kabar adanya galangan kapal milik Ponpes Al Zaytun di Desa Eretan. Namun, perahu yang dibangun hanyalah perahu berukuran biasa.
“Iya (ada galangan). Setahu saya gak terlalu besar kayak perahu-perahu biasa saja,” ungkap Tarmin.
Ia mengungkapkan bahwa saat ini hanya ada satu buah kapal yang sedang dibangun.
“Cuma satu,” tutur Tarmin.
“Cuma satu aja yang lagi dibikin,” timpal Tiara Harahap, host religiOne.
Di sebuah gerbang kayu besar sebuah pemberitahuan yang tertempel di pagar menjadi sorotan.
Ternyata, itu adalah keterangan pelabuhan disegel karena adanya pelanggaran yang dilakukan oleh Ponpes Al Zaytun.
Meskipun begitu, dari pantauan tim tvOne masih ada beberapa aktivitas dari pekerja dan penggunaan alat berat.
Bahkan, ada pengaman juga yang berjaga di dalam pelabuhan tersebut.
“Tapi sekarang saya lihat masih ada pekerja bahkan masih ada alat berat yang beroperasi. Ada pihak pengamanan yang berjaga di dalam. Saya gak tahu ini masih dalam proses atau apa, tapi yang jelas masih ada kegiatan pekerja,” ungkap Tiara Harahap.
Demo di Depan Ponpes Berakhir Ricuh
Unjuk rasa di depan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun Indramayu berakhir ricuh, Kamis (22/6/2023).
Ratusan pengunjuk rasa tampak terlibat aksi saling dorong dengan pihak kepolisian yang menjaga ketat Ponpes Al Zaytun.
Pengunjuk rasa memaksa masuk lebih dalam ke depan pintu gerbang Ponpes Al Zaytun.
"Kita kesini mau menyuarakan aspirasi, takbir Allahu Akbar," teriak pendemo.
Para pendemo ini terdiri dari masyarakat dan sejumlah forum, seperti Forum Indramayu Menggugat dan Forum Solidaritas Darmayu.
Mereka menilai ada pelencengan dan penyesatan di Ponpes Al Zaytun oleh pimpinannya Panji Gumilang
"Kami ingin menyampaikan aspirasi. Bahwa disini ada pelencengan, penyesatan oleh Panji Gumilang," katanya.
"Kita wajib meluruskan," serunya.
Sebagian pendemo yang mengendarai mobil bak terbuka terus memaksa masuk lebih dalam ke depan gerbang Ponpes Al Zaytun.
"Polisi buka jalan, polisi buka jalan, polisi buka jalan," teriak pendemo.
Pengakuan Alumni
Ditengah heboh dengan pemberitaan Ponpes Al Zaytun, kini salah satu alumni Ponpes Al Zaytun tahun 2000 - 2006 yakni Muhammad Ikhsan angkat bicara untuk memberikan kesaksiannya.
Muhammad Ikhsan pernah belajar selama 6 tahun di Ponpes Al Zaytun dan dirinya membantah semua tuduhan yang dilontarkan pada sekolahnya tentang ajaran salat dan diperbolehkannya berzina.
Hal itu diungkapkan Muhammad Ikhsan sebagai perwakilan dari alumni Al Zaytun pada program acara Catatan Demokrasi tvOne, Selasa (20/6/2023).
Ia sempat mempertanyakan mengapa ajaran dari Syekh Panji Gumilang bisa seperti dalam video yang saat ini beredar.
“Saat Idul Fitri itu, saya alumni yang paling pertama bikin konten di TikTok yang mempertanyakan ‘Ini kenapa begini sekarang Panji Gumilang salatnya, kenapa begini?” ungkap Muhammad Ikhsan pada program acara Catatan Demokrasi, tvOne.
Meski begitu, dirinya menegaskan bukan berarti ia berbicara untuk membela pimpinan ponpes tersebut, namun berusaha menerangkan apa yang diajarkan saat ia masih bersekolah beberapa tahun lalu
"Saya bukannya mau membela Panji Gumilang, tapi saya ingin menerangkan, seterang-terangnya dan sejujurnya," kata Ikhsan.
Ikhsan mengatakan semua tuduhan yang dikatakan oleh Ken Setiawan adalah hal yang tidak benar.
Sehingga Ikhsan menyarankan untuk memisahkan pengertian antara Al Zaytun dengan NII.
Pernyataan yang dituduhkan menurut Ikhsan banyak yang tidak benar, mulai dari tidak diwajibkan salat, puasa, haji dan memperbolehkan zina asal ada uang tebusan dosa.
"Praktek-praktek itu tidak diaplikasikan ke santri, atau yang bersekolah di sana. Jadi, itu bukan di Al Zaytun. Di Al Zaytun gak ada praktek-praktek yang demikian, tuduhannya Mas Ken tidak ada yang betul, apalagi tuduhan yang mengatakan bahwa jika membayar Rp 2 juta, dipersilahkan zina," jelasnya.
Atas pernyataan Ken Setiawan itu, Ikhsan mengaku sakit hati lantaran menurutnya semua tuduhan tersebut tidak sesuai seperti yang dirasakannya.
"Itu tuduhan yang paling mengerikan buat kami, itu membuat kami sakit hati sekali. Kami sebagai alumni ya yang pernah belajar 6 tahun disana," lanjut Ikhsan.
Selama 6 tahun mondok, Ikhsan menyebut Ponpes Al Zaytun telah mengaplikasikan syariat Islam.
Namun ia mengaku setelah lulus memang merasakan keanehan terlebih dari 2018.
"Dulu selama 6 tahun belajar, syariat-syariat islam itu diajarkan di Al Zaytun. Namun setelah saya lulus, saya juga mulai memperhatikan beberapa pengurus dan petinggi di sana tuh, dari tahun 2018 atau 2019, mereka udah joget-joget dan nyanyi-nyanyi yahudi itu saya udah perhatikan," tuturnya..
Ia menegaskan kurikulum yang diberikan kepada siswa berdasarkan rekomendasi Departemen Agama dan tidak ada yang dibedakan.
Selain itu, bagi siswa yang orang tuanya NII maupun bukan tidak ada perbedaan dalam penerimaan ajaran agama maupun pelajaran lainnya.
“Kurikulumnya itu normal semuanya, sesuai dengan yang direkomendasikan oleh departemen agama. Tidak ada sama sekali perbedaan terhadap kami (orang tua NII atau bukan) itu sama sekali tidak ada. Tidak ada juga kajian khusus tentang NII di Al Zaytun. Yang berhubungan dengan Agama semua diadopsi dari Pesantren Gontor,” ujar Ikhsan.
Mengetahui video yang beredar sejumlah pengikut Ponpes Al-Zaytun asyik bernyanyi lagu Yahudi saat tengah menyambut ribuan demonstran.
Ikhsan menegaskan bahwa penyanyi tersebut bukanlah santri dari Ponpes Al Zaytun, seperti diketahui santri bersekolah setara pendidikan SMP dan SMA. “Jadi kalau mau diceritakan, Al Zaytun itu seperti kapal yang semua orang bisa naik dengan seluruh fasilitasnya. NII itu berada dibawah permukaannya yang tidak terlihat. Baru terlihat itu seperti ini,” jelas Ikhsan sambil menunjuk pada video yang beredar.
“Coba lihat itu bukan muka santri, coba lihat muka-mukanya mana ada santri setua itu. Habis acara ini juga mereka pada pulang ke rumah masing-masing,” sambungnya.
Video yang menayangkan Ponpes Al Zaytun saat ibadah Salat Idul Fitri 1444 H viral di media sosial membuat seluruh publik menyoroti tentang ajaran Ponpes tersebut. Bandung Minuman ini bisa membunuh semua parasit di dalam tubuh!
Sekilas tidak ada yang aneh dari video tersebut, namun jika diperhatikan lebih lanjut terdapat jemaah wanita yang berada pada shaf laki-laki tanpa pembatas apapun. Hal ini membuat publik bertanya-tanya tentang keanehan tersebut. (oro/ree)
Load more