Paris, tvOnenews.com - Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menghadiri pameran kedirgantaraan Paris Air Show 2023 di Le Bourget, utara Paris, Prancis, Rabu (21/6). Ada yang menarik dalam perhelatan itu, yaitu miniatur pesawat tempur Rafale Indonesia yang didatangkan Prabowo untuk menambah kekuatan TNI AU dalam menjaga dan membela kedaulatan wilayah udara Indonesia.
Pesawat tempur Rafale buatan Prancis ini adalah salah satu alutsista berteknologi tinggi yang sudah direalisasikan Prabowo. Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI pada 10 Februari 2022 di kantor Kemhan, Jakarta, telah menandatangani kontrak pembelian 6 pesawat tempur Rafale.
Momen penandatanganan tersebut disaksikan langsung oleh Prabowo dan Florence Parly, Menhan Prancis periode 2017-2022. Sebagai langkah awal, Indonesia terlebih dahulu mengakuisisi 6 unit Rafale dari total 42 pesawat yang dibeli.
"Jet tempur canggih Rafale, merupakan Jet tempur generasi 4.,5 serta mampu disetarakan dengan jet tempur F-16 Fighting falcon dan F-18 Hornet buatan Amerika,” tulis keterangan Kemhan RI dalam postingan di Instagram.
Setelah penandatanganan kontrak oleh Prabowo dan Parly, pada Desember 2022 Prabowo dan Menhan Prancis Sebastien Lecornu yang menggantikan Parly di Prancis membahas program pelatihan bagi para pilot jet tempur TNI AU untuk mengemudikan Rafale.
Melalui pelatihan ini Prabowo berharap, para pilot TNI AU nantinya bisa memperoleh pengetahuan dan keterampilan untuk mengawaki pesawat tempur tersebut.
Kini, Indonesia hanya perlu menunggu kedatangan pesawat tempur Rafale yang diperkirakan tiba di tanah air pada akhir tahun 2026.
Rafale merupakan salah satu jet tercanggih di dunia saat ini yang diproduksi oleh perusahaan Prancis, Dassault Aviation.
Jet tempur Rafale diketahui memiliki kemampuan membawa banyak jenis senjata, sistem misi yang canggih, melakukan serangan udara ke darat, serangan udara ke udara dan pencegatan pesawat musuh dalam satu misi.
Pesawat ini dirancang sebagai pesawat serbaguna yang dapat menjalankan berbagai misi atau omnirole. Sejumlah misi yang dapat dilakukan pesawat ini antara lain serangan udara-ke-darat, serangan udara-ke-udara, misi pertahanan udara dan pengintaian.
Sebelumnya, mengemukakan pembelian 12 unit pesawat tempur Mirage 2000-5 merupakan salah satu bentuk transfer teknologi untuk pilot-pilot TNI AU sebelum nantinya mereka menggunakan pesawat tempur baru Dassault Rafale.
Prabowo saat jumpa pers di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta menjelaskan Mirage 2000-5 dan Dassault Rafale memiliki teknologi kompatibel karena keduanya dibuat oleh perusahaan yang sama, yakni Dassault Aviation dari Prancis.
"Mirage 2000-5 ini sangat canggih dan teknologinya hampir sama, istilahnya sangat kompatibel dengan Rafale. Berarti ini bisa dikatakan proses penyesuaian pilot-pilot kita dengan teknologi menuju Rafale. ToT (transfer teknologi)-nya karena ini bukan pesawat yang baru, pertama kita punya penerbang dan kru maintenance (pemeliharaan) belajar dengan teknologi ini," kata Prabowo menanggapi soal transfer teknologi dari pembelian Mirage 2000-5.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertahanan membeli 12 unit Mirage 2000-5 beserta perangkat pendukungnya dari Qatar dalam Kontrak Jual Beli Nomor: TRAK/181/PLN/I/2023/AU yang diteken pada 31 Januari 2023. Sebanyak 12 unit pesawat itu merupakan pesawat tempur bekas dari Angkatan Udara Qatar.
Prabowo menjelaskan alasan membeli pesawat tempur itu karena proses pengirimannya yang cepat dan masa jam terbangnya masih relatif rendah. Pengiriman yang cepat dibutuhkan oleh Indonesia untuk memastikan kesiapan tempur TNI AU dan menjaga pertahanan udara Indonesia saat beberapa pesawat tempur TNI AU menjalani peremajaan (refurbishment).
Beberapa pesawat tempur TNI AU, seperti F-5 Tiger, SU-27/30, Hawk 100/200, dan F-16 dalam proses peremajaan (upgrade/refurbish) dan perbaikan (overhaul/repair) sehingga TNI Angkatan Udara membutuhkan pesawat tempur yang siap pakai selama periode perbaikan beberapa pesawat tersebut.
"Ini sesuatu yang sangat mendesak untuk kita segera punya penangkal. Sangat-sangat tidak benar negara sebesar kita, seluas kita, dan sekaya kita, tidak punya pertahanan udara yang kuat," kata Menhan. (ebs)
Load more