tvOnenews.com – Bukan ke Mekkah, ini cara naik Haji ‘nyeleneh’ ajaran Panji Gumilang si pemimpin Ponpes Al Zaytun. Lempar jumrah dan tawaf juga diganti menjadi…
Kontroversial yang dinilai menyesatkan ini menuai amarah di masyarakat. Salah satu ajaran paling menghebohkan adalah cara naik Haji yang bukan dilakukan di Mekkah.
Panji Gumilang (sumber: kolase tvOnenews)
Sosok mantan pengurus Ponpes Al Zaytun bernama Ken Setiawan blak-blakan membongkar kebobrokan di dalam ponpes naungan Panji Gumilang.
Dilansir dari tayangan Program Catatan Demokrasi TvOne, Ken Setiawan mengungkapkan di Ponpes Al Zaytun, Panji Gumilang mengubah rukun Islam.
“Ajaran sesatnya dia telah mengubah rukun Islam, syahadat yang diajarkan di gerakan teritorial. Ajarannya di dalam bahwa syahadat itu bukan tiada Tuhan selain Allah, tapi tiada negara kecuali negara Islam,” pungkas Ken. “Barang siapa bernegara selain negara Islam, maka dia kafir.”
Yang lebih mencengangkan, Pemimpin Ponpes Al Zaytun Panji Gumilang juga berani mengubah kalimat syahadat tidak berdasarkan sebagaimana syariat Islam sebenarnya.
Panji juga meyakini ada nabi setelah Nabi Muhammad SAW.
“Kami meyakini dulu Panji Gumilang, kami ada nabi baru setelah Nabi Muhammad SAW,” tutur Ken Setiawan.
Bahkan, Panji si dedengkot Ponpes Al Zaytun mengajarkan cara naik Haji tanpa jauh-jauh pergi ke Mekkah.
Berdasarkan ajarannya, para santri Ponpes Al Zaytun cukup beribadah Haji dengan mengunjungi pondok pesantren pada 1 Muharram.
“Yang terakhir ibadah hajinya. Ibadah haji menurut NII gak perlu ke Mekkah. Ibadah haji cukup datang ke Al Zaytun setiap satu tahun sekali pada 1 Muharram,” ungkap Ken Setiawan.
Pada tanggal tersebut, semua Korwil dari berbagai daerah berkumpul. Bersama dengan santri, melaksanakan ritual naik Haji.
“Tanggal 1 Muharram diartikan sebagai perkumpulan para pejabat dan itu seluruh Korwil. Dulu bahasa kita itu Korwil, dan itu datang melakukan ritual Haji juga di sana. Jadi kalau 1 Muharram datang ke Al Zaytun pasti ramai,” pungkas Ken.
Terkait tawaf yang diajarkan juga berbeda, di Ponpes Al Zaytun bukan mengelilingi Ka’bah, tapi mengeliling pesantren.
“Di dalam itu sekitar 250 ribu jamaah hadir semua, masing-masing Korwil juga melakukan ritual ibadah Haji. Keliling tawaf misalnya, kita bukan keliling Ka’bah tapi keliling pesantren yang luasnya 1.200 hektar,” jelas Ken, mantan pengurus Ponpes Al Zaytun.
“Kita bertakbir Allahu Akbar bahwa inilah Islam ini besar, mewah, megah, lengkap fasilitasnya,” lanjutnya.
Ken menyampaikan bahwa di sana, tawaf justru mengagungkan Ponpes Al Zaytun dengan segala fasilitas mewahnya.
“Jadi tawaf itu mengakbarkan Al Zaytun dengan segala kelengkapan fasilitasnya. Saya rasa semua orang yang ke sana mengucap Subhanallah, besar sekali, luas sekali,” ujar Ken.
Selain itu, Panji Gumilang juga mengajarkan cara melempar jumrah yang nyeleneh kepada para santri Ponpes Al Zaytun.
“Ada juga istilah melempar jumrah kalau di Mekkah kan menggunakan kerikil. Di Al Zaytun kita sedang membangun gedung, kalau batu kerikil gak kelar-kelar,” kata Ken.
Lempar jumrah di Mekkah bukan menggunakan kerikil tapi bahan bangunan dalam bentuk uang.
“Jika di Mekkah umumnya melempar jumrah adalah melempar dengan kerikil. Di Ponpes Al Zaytun para jamaah diminta untuk melempar “semen” dalam bentuk uang,” tutur Ken Setiawan.
“Jadi setiap orang yang datang ke sana dari rombongan wilayah mana nanti di akhir session sambutan Syekh Panji Gumilang katanya, ini ada ritual melempar jumrah, misalnya dari Jakarta ada Rp1 miliar. Ini melempar jumrah tidak pakai kerikil tapi dulu minimal dengan tujuh sack semen, dalam bentuk duit,” tandasnya.
Baca artikel terkini dari tvOnenews.com selengkapnya di Google News, Klik di sini.
(rka)
Load more