Jakarta, tvOnenews.com-Salah satu polemik keberadaan Pesantren Mahad Al Zaytun sejak awal pendirian adalah sumber pendanaan. Maklum, pesantren dibangun di saat krisis 1998, saat banyak perusahaan bergelimpangan. Apalagi Pesantren Al Zaytun yang berada jauh di pelosok Dusun Sandrem, Desa Mekarjaya, Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu ini memang megah dan mewah. Luasnya 1200 hektar terdiri dari banyak bangunan, sejak wisma tamu, asrama sanri, laboratorium hingga masjid.
Dalam buku Al Zaytun, Sumber Inspirasi yang ditulis Robin Simanullang, diterbitkan oleh Yayasan Pesantren Indonesia- Al Zaytun dengan Forum Penulis dan Wartawan Indonesia direportasekan kemewahan fasilitas Al Zaytun. Misalnya, wisma tamu Al Ishlah, bangunan lima lantai yang digunakan untuk menjamu tamu tamu pesantren memiliki coffe shop, restoran hingga meeting room seperti layaknya hotel berbintang. Ada petugas berseragam yang melayani tamu.
BJ Habibie saat menyapa santri Ponpes Al Zaytun, 27 Agustus 1999 (Foto: Buku Al Zaytun Sumber Inspirasi)
Terkait sumber dana spekluasi banyak beredar, termasuk dugaan pendanaan ponpes bersumber dari Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI). Saat itu ICMI memang sedang berkibar karena Habibie baru menjadi Presiden menggantikan Soeharto. Apalagi Habibie lah yang meresmikan Ponpes Al Zaytun.
Buku Al Zaytun, Sang Inspirasi juga menulis kedatangan Habibie saat meresmikan ponpes. Pada 27 Agustus 1999 Habibie dan rombongan datang dengan naik kereta api Argo Bromo dari Stasiun Gambir hingga Stasiun Haurgeulis. Habibie lalu melanjutkan perjalanan menuju kompleks Al Zaytun dengan menggunakan mobil. Sebelumnya, jalan menunju ponpes berliku dan berlubang. Kedatangan Presiden membuat Pemda buru buru memuluskan jalan yang dilalui Habibie.
Load more