Jakarta, tvOnenews.com - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) RI Muhadjir Effendy menyebutkan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun adalah sebuah komune.
"Penilaian saya sementara Al Zaytun ini bukan hanya sebagai ponpes sudah merupakan komune. Komune itu artinya sebuah sistem kemasyarakatan yang sudah mirip negara," kata dia di Kantor PP Muhammadiyah, Jakarta Pusat, Rabu (28/6/2023).
Komune yang sudah mirip negara ini pun dikatakan Ketua PP Muhammadiyah ini telah memiliki struktur hierarki dan regulasi.
"Regulasi itu sudah dibikin sedemikian rupa yang lebih mengedepankan kepatuhan kepada pimpinan bahkan kepatuhan tanpa serve itu ciri-ciri komune," tuturnya.
Dia mengatakan komune di beberapa negara itu menunjukkan penyimpan yang sangat ekstrem.
Muhadjir pun memberikan contoh seperti komune yang ada di Amerika Serikat ada komune yang melakukan pembunuhan massal. Kemudian di Jepang pernah terjadi pelontaran gas sarin di kereta bawah tanah.
"Mudah-mudahan komune-komune yang ada di Indonesia termasuk Al Zaytun tidak sampai sejauh itu," kata dia.
Menko PMK Muhadjir Effendy sebut Al Zaytun komune bukan ponpes. Dok: Julio Trisaputra-tvOne
Sebelumnya, di sela-sela saat mengunjungi Pasar Palmerah, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjelaskan permasalahan Pondok Pesantren Al Zaytun.
Jokowi sudah memerintahkan Menkopolhukam dan Menteri Agama untuk mendalami kasus ini.
Presiden Jokowi juga membantah soal isu adanya orang Istana yang melindungi Ponpes Al Zaytun.
"Saya dong?! Istana? Enggak lah enggak," ungkap Presiden Jokowi pada awak media.
Pernyataan senada dilontarkan oleh Moeldoko selaku Kepala Kantor Staf Kepresidenan.
Ia dengan tegas membantah kabar yang menyebut dirinya menjadi pelindung Pondok Pesantren Al-Zaytun.
Moeldoko mengakui sempat mengunjungi Pondok Pesantren Al Zaytun untuk memberikan ceramah kebangsaan.
“Saya tidak tahu persis yang terjadi secara utuh di dalam, tapi yang saya lihat bahwa norma-norma kebangsaan berjalan di sana. Indonesia Raya selalu dinyanyikan dalam kesehariannya, tapi saya hanya melihat bahwa nilai-nilai kebangsaan Pancasila dan seterusnya selalu dibicarakan di sana,” jelasnya. (agr/nsi)
Load more