Jakarta, tvOnenews.com - Pengamat terorisme Al Chaidar mengaku punya alasan sendiri di balik usulan pengambil alihan Ponpes Al Zaytun dan menyerahkannya kepada Ustaz Adi Hidayat.
Pernyataan itu dilontarkan Al Chaidar setelah tuntutan besar-besaran menyerukan pembubaran pesantren yang dikelola Panji Gumilang itu.
Menurutnya, pesantren yang bagus seharusnya tidak dibubarkan sejak awal. Ia menyebut justru Panji Gumilang lah yang harus disingkirkan atas kontroversi yang dilakukannya.
“Pesantrennya jangan ditutup. Hanya Panji Gumilang yang memang sangat Dajal ini yang kurang ajar ini, yang harus ditangkap karena dia sudah melakukan sejumlah pelanggaran hukum,” ujarnya mengutip dari Instagram @fuadbakh, Jumat (30/6/2023).
Chaidar menyebut Panji Gumilang bersalah karena telah melakukan penistaan agama saat menyebut kitab suci Al Quran sabda Nabi Muhammad SAW. Lalu Panji juga mencampurkan barisan salat berjamaah antara pria dan wanita.
“Kemudian dia menganut ajaran atau aliran ISA bugis. Aliran itu menganggap bahwa komunisme adalah bagian dari ajaran Islam sehingga Panji Gumilang itu dengan leluasa menyatakan bahwa dia adalh komunis,” kata Chaidar.
Mereka semua dieksekusi di Al Zaytun oleh Panji Gumilang berdasarkan rentetan konflik. Hal ini mendasari pendapat Chaidar bahwa Panji Gumilang harus dibereskan sedangkan gedung pesantren bisa diserahkan kepada pihak lain.
Terkait hal itu, dia menyarankan agar pemerintah bisa menyerahkan Ponpes Al Zaytun kepada Ustaz Adi Hidayat. Menurutnya, dosen berusia 38 tahun itu berhasil menjalankan pesantren yang awalnya menyimpang menjadi lebih baik.
“Menurut saya pesantrennya tetap dibiarkan begitu saja, tetapi pemimpinnya yang diganti, kalau bisa diganti dengan Ustaz Adi Hidayat lah, karena itu yang keliatannya paling bagus, keliatannya ustaz itu juga belum punya pesantren,” ungkap Chaidar.
“Jadi saya kira memang sebaiknya Pesantren Al Zaytun itu dikasih kepada Ustaz Adi Hidayat aja, nanti Ustaz Adi Hidayat akan mengajak ustaz-ustaz lainnya,” pungkasnya.
Ponpes Al Zaytun Disebut Jelmaan NII
Ponpes Al Zaytun terus menjadi perbincangan hangat karena menuai banyak kontroversi. Mulai dari ajaran agama Islam yang diduga menyimpang hingga keterkaitan dengan Negara Islam Indonesia atau NII KW9.
Bahkan, baru-baru ini muncul dugaan tindak pidana di pondok pesantren Al Zaytun. Hal itu disampaikan oleh Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud.
Di sisi lain, pengamat pesantren M. Najih Arromadloni mengatakan, hasil tersebut berasal dari survei informal di Ponpes Al Zaytun. Salah satunya adalah kelompok Al-Zaytun yang sangat jago dalam hal stealth.
"Orang melihat ada bendera merah putihnya, menyanyikan Indonesia Raya, meskipun stanzanya berbeda, lalu ada pendeta yang ikut salat, ini kan sebetulnya bagian dari kamuflase," katanya Najih Arromadloni pada Jumat (30/6/2023).
"Al Zaytun sendiri sebetulnya adalah penjelmaan baru atau re-branding, atau reorganisasi dari NII kan. Dulu ada Kartosuwiryo, Daud Beureueh, ada Jaelani, kemudian dilanjutkan sekarang oleh Panji Gumilang," lanjutnya.
Mereka saat ini sudah bergerak melalui kegiatan sosial seperti MIM atau Membangun Komunitas Pembangunan Indonesia. Najih kemudian mengatakan bahwa ada dua kurikulum di Ponpes Al Zaytun, yaitu kurikulum resmi dan kurikulum tersembunyi.
"Ada unsur memang bahwa santrinya ini adalah orang-orang NII, anak-anak orang NII dan ada juga orang luar. Maksudnya ketika ada anak santri yang bukan orang tuanya bukan NII, ingin baiat NII, itu tolak oleh Panji Gumilang," ucapnya.
"Jadi memang Panji Gumilang membuat satu sistem yang semacam itu, ada cluster-cluster yang yang boleh diketahui oleh umum, mana yang tidak boleh diketahui," tambahnya.
Setelah orang luar yang tidak diajari kurikulum NII dan yang ingin Bai'at ditolak, Najih mengungkapkan bahwa sebelumnya dia menduga hampir 100 persen murid Al Zaytun berasal dari keluarga NII.
Di tengah berbagai polemik serta kontroversi yang terjadi di Pondok Pesantren pimpinan Panji Gumilang itu, Ponpes Al Zaytun kedatangan kelompok doa bernama Pohon Persekutuan.
Melansir dari sebuah tayangan yang diunggah oleh kanal Youtube resmi Ponpes Al Zaytun yakni Al-Zaytun Official, Kelompok Pohon Persekutan, mengatakan bahwa kelompok doa Pohon Persekutuan merupakan organisasi yang dibentuk oleh Tuhan secara langsung sejak 28 tahun lalu.
"Pohon Persekutuan, kelompok doa yang dibentuk oleh Tuhan sendiri 28 tahun lalu. Namanya Tuhan sendiri yang kasih namanya pohon persekutuan," kata Chyntia salah satu anggota kelompok doa Pohon Persekutuan.
Mereka mengaku kalau itu merupakan organisasi gereja yang bergerak berdasarkan dengan tuntunan dari Tuhan langsung.
"Anggotanya dari berbagai organisasi gereja tapi kami bukan bentuk organisasi tidak tidak berbadan hukum juga tapi langsung Tuhan yang tuntun, Tuhan yang bentuk setiap hari, harus kemana, harus bagaimana, ketemu dengan siapa, itu semua dalam tuntunan Tuhan," lanjutnya.
Dikatakan kalau kunjungan mereka ke Ponpes Al Zaytun merupakan keinginan dari salah satu anggotanya yang memiliki ketertarikan terhadap Ponpes Al Zaytun bukan karena kontroversinya.
"Kalau rencana dari kami sendiri tidak ada, tetapi ada salah satu dari anggota kami itu punya satu apa ya ketertarikan untuk ke tempat ini bukan karena viral atau apa nggak karena kami selalu mau melangkah atas kehendak Tuhan," terangnya.
"Nah, dua minggu lalu kalau nggak salah ada yang punya kerinduan ayo kita melangkah ke tempat ini ya, dalam doa ternyata memang waktu tempat cara itu milik Tuhan inilah hari yang pas menurut Tuhan untuk berkunjung," lanjutnya.
Bahkan setelah pertemuan dengan pimpinan Ponpes Al Zaytun, Panji Gumilang anggota Kelompok Doa Pohon Persekutuan ada beberapa kemiripan dalam prinsip antara Al Zaytun dengan kelompok doa mereka.
"Jadi kembali lagi membuktikan, ternyata bukan agama yang menyelamatkan seseorang tapi bagaimana hubungan pribadi kita dengan Sang Pencipta yang tadi dikatakan tadi kan tidak berbicara soal agama," ungkapnya.
Satu hal yang menarik perhatian kelompok doa Pohon Persekutuan di Al Zaytun adalah tersedianya kursi-kursi di masjid yang digunakan untuk beribadah.
"Yang membuat kami tertarik, di masjid ini ada kursi-kursi jadi macam gereja sedangkan kami kalau ibadah nggak ada kursi sehari-harinya 28 tahun melantai ya untuk menyatu dengan bumi," tutupnya.
Dalam kesempatan tersebut, Panji Gumilang mengatakan kalau di masjid Ponpes Al Zaytun memang disediakan kursi saat beribadah.
"Terus dikasih kursi di sini di masjid itu ada kursi salatnya pakai sajadah setelah itu dzikirnya duduk di kursi jadi nggak ada yang capek begini nggak ada kursinya pun dapat penelitian itu nggak ada itu di luar," Kata Panji Gumilang.
Ponpes Al Zaytun sendiri tengah mendapat sorotan masyarakat setelah serangkaian kontroversi yang menimbulkan protes dari masyarakat.
Terkait berbagai kontroversi yang terjadi di Ponpes Al Zaytun menjadi perbincangan di masyarakat, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil akhirnya membentuk tim investigasi.
Tim investigasi yang dibentuk oleh Ridwan Kamil ini bertujuan untuk menelusuri segala permasalahan yang terjadi di dalam Ponpes Al Zaytun pimpinan Panji Gumilang itu. (mg1/akg/ree)
Load more