Hal ini, lanjutnya, menunjukkan gotong royong dalam pembiayaan program IISMA agar dapat memanfaatkan kuota yang disediakan oleh perguruan tinggi mitra di luar negeri dengan tetap menjaga kualitas, khususnya untuk memastikan keberhasilan studi (success rate) dan dampaknya pada capaian pembelajaran mahasiswa yang menjadi peserta.
"Jadi, pemerintah membiayai misalnya dari SPP, biaya registrasi, dan tiket perjalanan internasionalnya. Kemudian dari pihak mahasiswa, misalnya orang tua atau pihak donatur, bisa membiayai living allowance, tiket dalam negeri di negara tempat studi, kemudian asuransi dan visa. Kemarin di pleno dinyatakan untuk tahun ini akan ada 300 mahasiswa yang siap diberangkatkan," ujar Sri Gunani.
Wakil Ketua IISMA, Andi Rahardiyan, pun menegaskan bahwa tidak ada pembeda signifikan antara skema reguler ataupun co-funding, termasuk dalam proses seleksi. Skema reguler dan co-funding hanya pada berbeda pada sumber pendanaannya saja.
"Dalam seleksi, kami masih menggunakan merit based system. Juknisnya sama, algoritmanya sama, yang mewawancara juga sama, kemudian kolom penilaiannya juga sama," jelas Andi.
Tak lupa, sebagai alumni program IISMA, Tania dan Enrique mengajak rekan-rekan sesama mahasiswa yang masih ragu untuk mengikuti IISMA agar tidak takut dan mulai mengambil langkah untuk mempersiapkan syarat-syarat seleksi sejak dini. Tak lupa mereka berbagi tips kepada para mahasiswa peminat program IISMA.
“Sebelum mendaftar, sebaiknya harus melakukan persiapan dengan matang dari jauh-jauh hari. Kita juga harus memperdalam wawasan tentang program IISMA, serta teliti dalam mempersiapkan berkas-berkas yang diperlukan,” ujar Enrique.
Tania menambahkan, penting juga untuk memperhatikan orisinalitas esai, kemampuan bahasa Inggris yang mumpuni, keaktifan dalam organisasi, serta kesiapan fisik dan mental.(chm)
Load more