Jakarta, tvOnenews.com - Di tengah proses hukum yang dijalani oleh Pimpinan Ponpes Al-Zaytun, Panji Gumilang. Salah satu pengamat ungkap soal bahaya dari pengikut NII (Negara Islam Indonesia), Rabu (12/7/2023).
Ponpes yang dipimpin oleh Panji Gumilang ini belakangan menuai beragam kritikan, mulai dari ajaran agama Islam yang diduga menyimpang hingga dikaitkan dengan Negara Islam Indonesia atau NII KW9.
Ponpes Al-Zaytun Indramayu menjadi viral pertama kali setelah diketahui pada saat ibadah Salat Idul Fitri 1444 H mencampurkan jemaah wanita dan laki-laki dalam satu shaf hingga menjadi perbincangan publik.
Pemimpin Pondok Pesantrean Al-Zaytun Panji Gumilang. (Cepi Kurni/tvOne)
Tak hanya itu, media sosial dihebohkan dengan sebuah video yang memperlihatkan gaya azan sholat jumat yang dikumandangkan oleh santri di Ponpes Al-Zaytun, tampak menggunakan gerakan tangan dan tidak menghadap kiblat.
Pengamat Pondok Pesantren, M Najih Arromadloni mengatakan bahwa semua kelompok radikal teror pintar berkamuflase, atau disebut juga dengan taqiyah.
“Itu boleh dalam keyakinan mereka karena itu bagian daripada strategi perjuangan. Berbohong dalam rangka sebagai strategi perjuangan,” tutur Najih yang dilansir tayangan ReligiOne.
“Contoh misalnya yang paling mudah itu ketika kasus bom Bali dan kemudian laptopnya Amrozi itu ditemukan. Imam Samudra, Amrozi itu ditemukan dan ketika penyidik memeriksa laptop mereka itu isinya video porno,” tambahnya.
Najih Arromadloni pun menjelaskan bahwa untuk organisasi-organisasi yang ditetapkan sebagai organisasi teror bisa dipidanakan sesuai Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018.
Namun permasalahannya menurut Najih, pemerintah belum sangat serius menangani NII. Padahal menurut Najih, induk seluruh organisasi teror adalah NII.
“Meskipun sebetulnya induk organisasi teror di Indonesia tuh NII, karena JI, JAD yang populer atau yang menjadi momok di masyarakat hari ini itu sebetulnya kan turunan dari NII tetapi NII sendiri kan tidak ditindak,” kata Najih.
Najih pun mengatakan bahwa dulu NII ditindak dengan Undang-undang Subversif, tapi belum ditetapkan sebaga DTTOT (Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris).
M Najih Arromadloni saat hadir sebagai narasumber di Catatan Demokras tvOne.
Najih pun berharap hal ini seharusnya menjadi PR pemerintah kalau memang pemerintah ini mau serius menangani persoalan NII sehingga permasalahannya dapat ditangani dari hulu ke hilir.
Sebelumnya diberitakan, Mantan wali santri sekaligus orang dalam Ponpes Al-Zaytun bernama Leny Siregar berbicara blak-blakan soal kebobrokan Pondok Pesantren di bawah naungan Panji Gumilang.
“Saya membenarkan kalau dibilang nyeleneh. Untuk mengawalinya saya bukan sebagai eks wali santri saja, saya sebagai orang dalam atau eks NII atau KW9. Saya sebagai saksinya, saya sebagai korbannya,” kata Leny Siregar di acara Catatan Demokrasi tvOne.
Mantan orang dalam Al Zaytun Leny juga mengaku bahwa Panji Gumilang adalah Imam NII, ia bersaksi lantaran 21 tahun pernah menjadi bagian dari NII KW9 dan wali santri Ponpes Al-Zaytun.
“Saya masuk itu pada tahun 2000 awal Januari sampai 2021 awal, jadi 21 tahun dan ini tak boleh disangkal. Panji tidak pernah mengaku sebagai Imam kepada saya ya jelas, tapi saya melalui tahapan-tahapan Ulil Amri, saya mengetahui bahwa dialah yang mengaku Imam NII,” tutur Leny.
“Kalau misalkan dianggap sudah selesai, itu umat-umatnya masih menganggap dia sebagai imamnya. Semuanya harus turut tunduk patuh sama dia, bahkan hal yang remeh-remeh aja diurusin gitu,” lanjutnya.
Berbagai ajaran nyeleneh diajarkan oleh Pimpinan Ponpes Al-Zaytun Panji Gumilang, di antaranya mulai dari cara salat.
“Dari dulu saya mengalami memang orang ini ngeyel, dari mulai salat jadi rahasia umum. Tidak diwajibkan salat karena kita itu masih masa Mekkah ya. Saya sendiri memang sudah janggal dan saya tetap salat ya,” ungkap Leny Siregar.
Leny Siregar, eks Wali Santri dan Mantan Anggota NII.
Kala itu, Leny ingin meminjam mukena tapi justru diberikan mukena yang tidak layak.
“Walaupun pada masa itu sempat terbengkalai salat saya. Sebagai wujud pemikiran kritis saya, setiap saya acara Tazkiyah saya sampai menanyakan ‘ada mukena gak?’ dan ditunjukkan mukena yang sudah kumal,” jelasnya.
Sang mantan orang dalam menduga bahwa mukena itu jarang digunakan untuk melaksanakan salat.
“Berarti di situ mukenanya gak biasa dipakai kan, satu soal salat tapi saya tetap menjalankan. Walaupun sepanjang masa itu benar-benar ada keganjilan dalam hati saya ‘kenapa sih hanya beberapa menit saja kok dinafikan, kenapa diabaikan’,” pungkas Leny Siregar.
Ketika ditanya terkait hal tersebut, Leny malah ditepis dengan dalil dan ayat Al-Quran.
“Mereka bilang salatnya itu dalam bentuk Tilawah dan Maliyah. Tilawah itu perekrutan dan Maliyah itu untuk menarik infaq. Kemudian ya kedua mengenai puasa, ini juga jam imsaknya sempat ada fase sampai pukul 6 pagi, Saya juga rancu di sini tapi selalu disampaikan ayat-ayat ketika saya bertanya,” katanya.
Selain itu, di Ponpes Al Zaytun adzan yang dikumandangkan juga berbeda. Menurut pernyataan Leny Siregar adzan di pondok pesantren itu tidak bernada dan terdengar seperti orang marah.
“Adzan, yang tidak pernah didengarkan di luar selama mereka hidup di luar tidak pernah mendengar lafal adzan seperti itu. Di sana mereka sempat agak aneh juga walaupun akhirnya anak yang pertama itu terbawa juga. Mungkin pernah Bilal atau siapa gitu adzan seperti itu,” ungkap Leny Siregar.
Hal ini membuat sang mantan orang dalam Al Zaytun tak memungkiri berbagai hal nyeleneh yang diajarkan Panji Gumilang.
“Yang nyeleneh-nyeleneh ini tidak bisa saya pungkiri karena memang dari dulu seperti itu karena seperti yang disebutkan ustaz tadi psikologinya adalah NII,” tuturnya.
“Azannya itu tidak bernada seperti di luar, lurus datar dan sangat keras seperti mau marah.” sambungnya. (ind)
Baca artikel terkini dari tvOnenews.com selengkapnya di Google News, Klik di sini
Load more