"Ya....itu kan kita bilangnya gerakan bawah tanah ya, yang tidak akan mengaku dirinya sebagai NII," kata Ibu Mawar.
"....seperti orang biasa aja, kerja normal, berhubungan dengan keluarga ya biasa, yang kerja kantoran ya kerja, yang bisnis ya bisnis," lanjut Mawar.
Mawan mengakui kepada presenter tvOne Dwi Anggia bahwa, selama menjadi anggota NII ada hal-hal yang menbuat dirinya tidak merasa nyaman.
"Ada hal yang membuat saya tidak nyaman, misalnya per orang anggota ditargetkan harus memberikan sejumlah uang, seperti iuran-iuran, yang dipaksakan" ungkap Ibu Mawar kepada Dwi Anggia.
Mengenai keterkaitannya (NII) kepada Pondok Pesantren Al-Zaytun, Ibu Mawar mengaku ada sejumlah iuran yang terasa dipaksakan. Salah satu iurang tersebut adalah untuk Pembangunan Masjid Rahmatan Lil'Alamin di Kompleks Pondok Pesantren Al-Zaytun tersebut. Penggumpulan dana tersebut dikelolah oleh Program JAMMAS (Jahe Membangun Masjid).
"Semua yayasan yang bernaung dibawah NII, setiap anggota diundang kesana untuk menikrarkan program JAMMAS, untuk kesanggupan memberikan dana sebagai donatur," uangkap Mawar.
"Jadi kami (anggota NII aktif) dipanggil per wilayah-wilayah, kita diundang yang disebut warganya NII," lanjut Mawar.
Load more