Sleman, DIY - Organisasi kesehatan dunia (WHO) menyebut Covid-19 varian Delta Plus AY.4.2 sudah menyebar setidaknya ke 42 negara.
Menurut Ketua Pokja Genetik FKKMK UGM Gunadi, varian AY.4.2 atau Delta Plus merupakan hasil mutasi alamiah yang terjadi pada virus termasuk SARS-CoV-2. Namun hasil mutasinya disebut tidak selalu lebih berbahaya dibanding induknya.
"Sekali lagi AY.4.2 belum ada bukti yang menunjukkan lebih ganas ataupun lebih mudah menular dibandingkan varian induknya, varian Delta (B.1.617.2)," katanya Senin (15/11/2021).
Dijelaskan Gunadi, hingga kini belum ada bukti riset yang menyebutkan tingkat keganasan varian ini. WHO juga belum memasukkannya dalam daftar Variant of Interest (VOI) ataupun Variant of Concern (VOC).
"Otoritas kesehatan Inggris juga baru menggolongkannya menjadi Variant Under Investigation, belum VOI ataupun VOC," jelasnya.
Meski varian ini berasal dari Inggris, kata Gunadi, tetapi pemerintah tetap harus waspada dengan memperketat perbatasan. Apalagi varian Delta Plus ini sudah terdeteksi di Malaysia yang merupakan negara tetangga dekat.
Pemerintah harus memperketat perbatasan antar negara agar varian tersebut tidak masuk ke Indonesia.
"Sebetulnya pencegahan penyebaran varian apapun termasuk AY.4.2 sama. Mestinya pemerintah sudah antisipasi termasuk terkait perbatasan antar negara," urainya.
Gunadi menjelaskan, terjadinya lonjakan kasus penularan Covid-19 di Inggris belakangan ini belum tentu disebabkan oleh varian baru tersebut. Sebab kenaikan kasus tersebut salah satunya dipicu oleh longgarnya penerapan pembatasan dan protokol kesehatan.
"Tergantung banyak faktor, salah satu faktor yang penting adalah bagaimana aktivitas masyarakat khususnya prokes," ucapnya.
Gunadi mengimbau masyarakat harus memperkuat protokol kesehatan dalam setiap aktivitas.
"Kuncinya satu, prokes. Sampai kapan? Sampai kekebalan komunal tercapai," pungkasnya. (Andri Prasetiyo/Buz).
Load more