Anakku, Alika, kini wartawan hampir tak bisa mengenali lagi praktek kerjanya. “Di ruang redaksi kita tak lagi berbicara tentang jurnalisme,” ujar Max King, redaktur Philadelphia Inquirer ketika berkumpul bersama 25 wartawan terkemuka di dunia di Harvard Faculty Club ---semoga suatu hari engkau bisa studi di sana—-- yang tengah krisis keyakinan.
Dalam konteks ini, inisiatif Bill Kovach dan Tom Rosenstiel lewat Committee of Concerned Journalist yang berusaha merangkum diskusi penting itu dan mengaktualisasikan lagi nilai nilai tradisional jurnalisme lewat Sembilan Elemen Jurnalisme sangat penting.
Jika engkau serius akan menapaki jalan jurnalisme, menurut Bill Kovach, itu sebenarnya bukan sebuah jalan lempang. Salah satu jalan mendaki itu adalah disiplin verifikasi. Engkau harus membuktikan apapun klaim informasi di lapangan layaknya seorang ilmuwan menguji teori teorinya pada ruang laboratorium.
Profesi ini pertama tama adalah digerakkan oleh kaki, setelahnya baru kepala. Berdiam saja di kantor hanya cocok untuk “wartawan salon” yang gemar menulis berita dari jumpa pers. Tak ada informasi apapun yang berkualitas dari fakta jenis ini.
Seperti yang dikatakan penyair Rendra, Engkau harus “turun sendiri ke jalan, mencatat semua gejala”. Segera terbayang apa yang akan engkau jalani, seperti yang pernah Ayah alami berhari hari menunggu gelondongan kayu kayu hasil pembalakan liar dihanyutkan di sebuah sungai deras di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah; menyelinap ke penjara Nusakambangan mewawancarai trio Bom Bali I dan menyaksikan bagaimana tahanan kelas kakap menghabiskan hari hari hukumannya di penjara dengan penjagaan super ketat; atau duduk dan minum kopi dengan pelaku besar kejahatan narkoba semacam Almarhum Fredy Budiman.
Iya laboratorium seorang wartawan adalah kehidupan manusia dan segala isinya, alam semesta luas dan segala peradabannya.
Prasangka adalah hal yang harus jeli engkau siangi, karena ia menyelinap di antara pemahamanmu pada fakta fakta. Latar belakangmu, caramu memandang hidup, kepercayaan, ideologi, agama jadi titik masuk prasangka. “Engkau harus kritis sejak dalam pikiran, dilanjutkan ke dalam perbuatan,” mengutip ucapan Jean Marais, sahabat Minke dalam novel babon Bumi Manusia.
Load more