Jakarta, tvOnenews.com - Udara Jakarta, Bogor, Depok dan Tangerang (Jabodetabek) sedang tidak baik-baik saja. Pasalanya, dalam satu bulan terakhir pencemaran polusi udara di sejumlah wilayah Jabodetabek menjadi yang terburuk.
Kualitas udara hari ini membuat Jakarta, menjadi kota yang menempati urutan pertama kota yang memiliki udara tidak sehat, yang kemudian disusul Dubai, Uni Emirat Arab dengan polusi udara mencapai 173.
Daftar Kualitas Udara di sejumlah Kota di Indonesia dan Jakarta
Menanggulangi buruknya kualitas udara di Jabodetabek, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menantikan adanya fenomena regional yang memungkinkan pembentukan awan untuk melakukan rekayasa cuaca di wilayah Banten dan Jawa Barat.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan, bahwa ada beberapa waktu, awan di Jakarta cukup untuk dilakukan teknologi modifikasi cuaca (TMC).
"Tapi memang optimalisasinya nanti harus kita lihat dan hitung ulang," ujar Abdul.
Lebih lanjut, Abdul mengatakan dalam beberapa kesempatan, awan di Jakarta dipengaruhi oleh interaksi laut-atmosfer di Samudera Hindia.
"Kita harapkan ada kondisi-kondisi regional yang memungkinkan awan di atas Banten dan Jabar feasible (dapat digunakan, red) untuk TMC," ujar Abdul.
Presiden Joko Widodo dalam rapat terbatas di Istana Merdeka, Jakarta, Senin, mendorong sistem kerja hibrida untuk mengurangi polusi udara di Jabodetabek yang semakin memburuk.
Presiden memerintahkan intervensi dari kementerian dan lembaga pemerintah non-kementerian untuk menjadikan kualitas udara di Jabodetabek lebih baik, salah satunya dengan rekayasa cuaca untuk memancing hujan di kawasan Jabodetabek dan menerapkan regulasi untuk percepatan penerapan batas emisi.
Pakar Pulmunologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKM-UI) Prof Tjandra Yoga Aditama mengemukakan solusi pengentasan polusi udara di Jakarta dapat mengadopsi kegiatan di New Delhi, India.
"Kemacetan lalu lintas punya peran penting dan perlu penangan segera. Pada waktu saya masih tinggal di New Delhi pernah ada pembatasan kegiatan bangun gedung yang menimbulkan debu," kata Tjandra Yoga Aditama dikonfirmasi di Jakarta, Senin.
Ia mengatakan orotitas terkait di India juga memeriksa secara ketat polusi knalpot kendaraan, bahkan untuk mobil diplomat seperti yang ia pakai sehari-hari sebagai Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara.
Proses uji emisi kendaraan dilakukan diberbagai fasilitas Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) untuk mempermudah layanan.
Selain itu, di berbagai simpang jalan yang menjadi simpul kemacetan di New Delhi di tempatkan pot berisi tanaman, yang berjajar serupa dinding untuk menghalau polusi, kata Tjandra menambahkan.
"Karena di New Delhi pada hari raya tertentu, ada yang tinggi kejadian polusi udara, karena mercon sepanjang hari. Oleh karenanya, pada hari raya tertentu dilarang penggunaan mercon," katanya. (mii)
Load more