Namun, dalam 'Pak Lurah yang disinggung oleh Jokowi agaknya konteksnya terkait julukan keakraban, bahwa Jokowi punya peran menentukan yang selalu dihitung dalam setiap langkah langkah politik yang tengah diperbincangkan elit politik.
Ketua DPP PDIP Said Abdullah menjelaskan istilah "Pak Lurah" sebagai ekspresi kecintaan. "Ya itu kan sebenarnya memang di antara elite, kita berkembang 'Pak Lurah, Pak Lurah' itu menunjukkan kecintaan," kata Said, Rabu, 16 Agustus 2023.
Namun, yang menarik, istilah lurah kemudian dinegasi dengan tegas,"Saya adalah Presiden Republik Indonesia". Dengan ini Jokowi seperti ingin meneguhkan bahwa ia adalah otoritas, ia adalah 'pengatur' sebenarnya dari semua proses politik, meski dalam demokrasi, Presiden hanya mendapatkan mandat kekuasaan yang diberikan rakyat hanya selama lima tahun saja.
Setelahnya, Jokowi tampil lebih jelas lagi mengggunakan simbol kekuasan. Kali ini ia menggunakan bahasa simbolik busana. Ia tampil mengenakan Kuluk hitam khas Raja Matarm Islam yang berhiaskan benang emas yang melambangkan status tinggi penggunanya: Raja. Kuluk yang dikenakan Jokowi mirip dengan model kuluk yang dikenakan Sultan Agung Hanyokrokusumo, yakni Sultan Mataram ke-3, Raja yang paling terkenal.
Apakah dengan mengenakan Kuluk Raja Mataram, Jokowi tengah memberikan kode "simbol" yang "imajinatif" ihwal dirinya kini bak seorang "raja"? (bwo)
Load more