Jakarta, tvOnenews.com-Presiden Jokowi dalam dua hari ini mempertontonkan aneka ragam bahasa kekuasaan, dari yang "simbolik" hingga "metaforik". Saat Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyinggung sosok 'Pak Lurah' terkait capres-cawapres dalam Pilpres 2024, ia mengaku heran siapa sosok 'Pak Lurah' yang disampaikan para politikus. Namun belakangan dia mengetahui bahwa sosok Pak Lurah tersebut ternyata dirinya sendiri.
Saat Pidato Kenegaraan di kompleks parlemen Jokowi menyebut ia bukanlah seorang 'lurah' yang sering dipercakapkan para elit politik di sekitarnya. Jokowi mengaku ia semula tak paham dengan istilah 'Pak Lurah'. Belakangan ia mengetahahui yang disebut lurah adalah dirinya. "Ya saya jawab saja: Saya bukan lurah. Saya Presiden Republik Indonesia. Ternyata Pak Lurah itu, kode," ujarnya Jokowi.
Lurah adalah pimpinan dari kelurahan sebagai perangkat daerah kabupaten atau kota. Namun, istilah Lurah sering kali rancu dengan jabatan Kepala Desa. Memang, di Jawa pada umumnya, secara historis pemimpin dari sebuah desa dikenal dengan istilah Lurah. Namun dalam konteks Pemerintahan Indonesia, sebuah Kelurahan dipimpin oleh Lurah, sedang Desa dipimpin oleh Kepala Desa.
Tentu saja keduanya berbeda, karena Lurah adalah Pegawai Negeri Sipil yang bertanggung jawab kepada Camat; sedang Kepala Desa bisa dijabat oleh siapa saja yang memenuhi syarat, dan dipilih langsung oleh rakyat melalui Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) seperti yang di berlakukan sekarang secara nasional.
Apakah dengan mengenakan Kuluk Raja Mataram, Jokowi tengah memberikan kode "simbol" yang "imajinatif" ihwal dirinya kini bak seorang "raja"? (Sumber Foto: Antara)
Namun, dalam 'Pak Lurah yang disinggung oleh Jokowi agaknya konteksnya terkait julukan keakraban, bahwa Jokowi punya peran menentukan yang selalu dihitung dalam setiap langkah langkah politik yang tengah diperbincangkan elit politik.
Ketua DPP PDIP Said Abdullah menjelaskan istilah "Pak Lurah" sebagai ekspresi kecintaan. "Ya itu kan sebenarnya memang di antara elite, kita berkembang 'Pak Lurah, Pak Lurah' itu menunjukkan kecintaan," kata Said, Rabu, 16 Agustus 2023.
Namun, yang menarik, istilah lurah kemudian dinegasi dengan tegas,"Saya adalah Presiden Republik Indonesia". Dengan ini Jokowi seperti ingin meneguhkan bahwa ia adalah otoritas, ia adalah 'pengatur' sebenarnya dari semua proses politik, meski dalam demokrasi, Presiden hanya mendapatkan mandat kekuasaan yang diberikan rakyat hanya selama lima tahun saja.
Setelahnya, Jokowi tampil lebih jelas lagi mengggunakan simbol kekuasan. Kali ini ia menggunakan bahasa simbolik busana. Ia tampil mengenakan Kuluk hitam khas Raja Matarm Islam yang berhiaskan benang emas yang melambangkan status tinggi penggunanya: Raja. Kuluk yang dikenakan Jokowi mirip dengan model kuluk yang dikenakan Sultan Agung Hanyokrokusumo, yakni Sultan Mataram ke-3, Raja yang paling terkenal.
Apakah dengan mengenakan Kuluk Raja Mataram, Jokowi tengah memberikan kode "simbol" yang "imajinatif" ihwal dirinya kini bak seorang "raja"? (bwo)
Load more