"Dengan harapan bisa mendapat doa, dukungan dan ijazah, sehingga perjuangan saya sebagai santri yang alhamdulillah dipercaya menjadi bakal calon presiden, bisa tetap selaras dengan gagasan-gagasan Gus Dur," jelas Ganjar.
"Bisa ma'tsur atau nyambung sanadnya. Sebab, saya percaya bernegara pun perlu sanad yang baik. Dan, bersanad ke Gus Dur tentu bagian dari jalur terbaik. Bahkan, bukan hanya dalam taraf bernegara, begitupun dalam beragama," imbuhnya.
Dalam kunjungannyanya tersebut, Ganjar juga mengatakan menjadikan sosok Gus Dur dan ayahnya yakni Abdul Wahid Hasyim sebagai panutan berbangsa dan bernegara.
Salah satunya, kata dia, terkait penerapan hukum positif yang berlaku di Indonesia. Menurutnya, hukum di Indonesia ke depannya perlu ditegakkan secara adil dan tanpa pandang bulu seperti yang dicita-citakan Gus Dur dan Wahid Hasyim.
"Bukan tumpul ke bawah dan tajam ke atas, kemudian menjadi kunci keberhasilan negara atas rakyatnya. Dalam hal ini, adalah mewujudkan baldatun thoyibatun wa rabun ghofur," ujarnya dalam keterangan tertulis.
Selanjutnya, Ganjar juga mengaku belajar menerima Pancasila sebagai azas tunggal dari sosok Gus Dur dan Wahid Hasyim. Melalui kedua sosok tersebut, kata dia, perjuangan memakmurkan dan memajukan Indonesia seperti amanat dalam lima sila Pancasila bisa diwujudkan.
"Khususnya terkait mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia," jelasnya.
Dalam pertemuannya dengan istri Gus Dur tersebut, ia bercerita bahwa dulunya pernah tidak memahami maksud-maksud hukum Islam. Akan tetapi melalui tulisan dan pemikiran Gus Dur, ia mengaku justru dapat memahami pokok-pokok hukum islam.
Mulai dari unsur hifzul mal atau menjaga harta, hifzul nafs atau menjaga jiwa, hifzul din atau menjaga agama, hifzul aql atau menjaga akal, hingga hifzul nasl atau menjaga keturunan.
Load more