Banyuwangi - Dua tahun terakhir seluruh dunia termasuk indonesia dipusingkan dengan pandemi Covid-19. Hal ini jelas berdampak pada tingginya kebutuhan alat medis. Karena tingginya kebutuhan, limbah medis di RSUD Blambangan, Banyuwangi, Jawa Timur ikut melonjak hingga 400 persen.
Lonjakan limbah medis di RSUD Blambangan ini terjadi pada Juli-Agustus 2021.
"Lonjakan sampah medis terjadi sejak pandemi melanda. Puncaknya, Juli-Agustus 2021 lalu," kata Plt Direktur RSUD Blambangan, dr. Aisyah Anggraeni, Jumat (19/11/2021) siang.
Aisyah tidak menyebutkan data pasti jumlah limbah medis ini, namun lonjakan dirasa cukup besar. Truk khusus yang dikerahkan untuk mengambil limbah ini bisa bolak-balik hingga tiga kali dalam sehari.
"Data pastinya harus buka buku, yang jelas hingga 400 persen," tambah Aisyah.
Limbah APD yang digunakan tenaga kesehatan menjadi salah satu yang terbanyak. Satu tenaga kesehatan bisa berganti APD hingga tiga kali dalam sehari. Pakaian seperti baju astronot tersebut harus diganti ketika tenaga kesehatan akan masuk ruang ICU.
Selain APD, limbah medis yang cukup banyak adalah botol infus dan juga popok untuk pasien.
"Seluruh pasien Covid kita pakaikan popok. Ini yang menambah lonjakan limbah," tegasnya lagi.
Meski terjadi lonjakan limbah, RSUD Blambangan tidak merasa kelimpungan karena telah diserahkan kepada pihak ketiga. Seluruh limbah medis RSUD Blambangan ini selanjutnya diolah di Mojokerto.
"Jadi, tak ada penumpukan limbah di RSUD, pengambilan rutin, tidak sampai telantar," pungkasnya.
Seiring turunnya kasus Covid-19 produksi limbah medis juga ikut berkurang. Dalam sebulan terakhir RSUD Blambangan nihil pasien Covid-19. (Happy Oktavia/prs)
Load more