Banyuwangi juga melakukan inovasi menumbuhkan generasi baru pertanian melalui digitalisasi. Diantaranya melalui program “Jagoan Tani” yang menggodok ribuan anak muda menjadi pengusaha muda pertanian yang tangguh.
”Hal itu untuk mendukung peningkatan kesejahteraan petani, produktivitas untuk menjamin pasokan, dan sekaligus menjaga stabilitas harga. Kami optimistis, dengan digitalisasi yang digerakkan anak-anak muda sesuai arahan Presiden, sektor pertanian kita bisa berdaya saing,” papar Ipuk.
Sedangkan untuk memastikan kelancaran jalur distribusi produk pangan, Banyuwangi secara berkelanjutan melakukan perbaikan infrastruktur jalan. Pada 2023, Pemkab Banyuwangi melakukan pembangunan dan perbaikan jalan sepanjang 222,139 km serta pembangunan 26 jembatan di sejumlah wilayah.
“Setelah pandemi, kembali kami fokus bangun jalan poros antar kecamatan. Termasuk pavingisasi di banyak jalan desa bahkan sampai dusun. Harapannya juga untuk memperlancar jalur distribusi pangan,” kata Ipuk.
Terkait dengan pidato Presiden Jokowi yang menyinggung keterbatasan stok beras, Ipuk menyampaikan kesiapan Banyuwangi untuk ditugaskan sebagai sentra beras nasional, termasuk dengan pengembangan beras organik. Produksi beras Banyuwangi terus surplus, berkisar 325.000 ton per tahun.
”Selanjutnya, Banyuwangi siap jika diberikan penugasan, tidak terbatas hanya pada sentra cabai, tapi juga beras,” tutur Ipuk.
Tingkat inflasi di Banyuwangi pada Juli 2023 tercatat yang terendah se-Jatim sebesar 0,04%, lebih rendah dari Jawa Timur (0,15%) dan nasional (0,21%). Angka ini terus melandai dan menjadi yang terendah di Banyuwangi dalam 7 bulan pertama 2023. Sedangkan inflasi Year on Year (YoY) Banyuwangi sebesar 3,32% lebih rendah dari Jawa Timur (4,11%) dan hampir mendekati Nasional sebesar 3,08%. (hen)
Load more