Saepudin mengatakan pelanggaran terhadap Pasal 49 ayat (1) tersebut dapat dikategorikan sebagai sebuah kejahatan, sebagaimana diatur dalam Pasal 51 UU No 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun1992 Tentang Perbankan (1) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46, Pasal 47, Pasal 47A, Pasal 48 ayat (1), Pasal 49, Pasal 50, dan Pasal 50A “adalah kejahatan”.
“Ketika Bank melakukan transfer telah melakukan berbagai tahapan yaitu pelaksanaan transaksi melalui proses maker, checker, approver, dan konfirmasi. Maker sebagai pihak pembuat transaksi dan checker sebagai peneliti keabsahan transaksi,approversebagai pihak yang menyetujui dan konfirmasi adalah pihak yang menyampaikan kepada nasabah bahwa dana telah masuk,” kata Saepudin.
Begini perlindungan hukum untuk nasabah
Dosen Program Studi Hukum di Universitas Pelita Harapan (UPH) Jonker Sihombing mengatakan dalam keterangan tertulisnya, nasabah yang beritikad baik jika mengetahui ada salah transfer dari bank mendapatkan perlindungan hukum.
“Hukum memberikan perlindungan terhadap nasabah beritikad baik. Itikad baik ini dinyatakan ada ketika nasabah berhati-hati atau penduga-dugaan dengan menanyakan perihal dana yang masuk ke rekeningnya,” ujar Jonker, Sabtu, 6 November 2021.
Ia menambahkan pemidanaan nasabah menggunakan Pasal 85 Undang-undang Nomor 3 Tahun 2011 tentang Transfer Dana tidak dapat diterapkan begitu saja, melainkan pihak bank harus menunjukkan bukti terlebih dulu, apalagi, jika nasabah tersebut telah melakukan pengecekan, mengonfirmasi ke bank atas transfer dana yang masuk ke rekening miliknya.
Load more