Jakarta, tvOnenews.com - Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi menjelaskan bahwa perekonomian di ASEAN tetap tumbuh kendati ekonomi global tengah merosot karena International Monetary Fund (IMF) berkontribusi sebesar 10 persen terhadap pertumbuhan global.
Ekonomi global melambat karena pendemo dan juga karena perang, tumbuh hanya 3 persen, terendah dalam 1 dekade dibanding sebelum pandemi.
Sementara pertumbuhan ekonomi ASEAN tetap tinggi. Proyeksinya mencapai 4,9 persen. Dalam pertemuan bilateral Managing Director IMF disebutkan bahwa ASEAN merupakan titik cerah dari situasi dunia yang tidak menentu.
"Dan disampaikan oleh IMF bahwa ASEAN berkontribusi 10 persen terhadap global growth. Diperlukan growth yang lebih kuat agar recovery-nya dapat betul-betul penuh dan ASEAN dapat menjadi contoh dari kerja sama global," jelas Retno di JCC Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (5/9/2023).
Kemudian, ada saran yang disampaikan antara lain investasi di bidang kesehatan, pendidikan dan infrastruktur digital.
Sementara itu, World Bank menyampaikan prediksi ekonomi global sama kemudian menyebutkan mengenai tantangan perubahan iklim.
Menlu Retno Marsudi ungkap alasan ekonomi ASEAN tetap tumbuh di tengah merosotnya ekonomi global. Dok: Julio Trisaputra-tvOne
"Sarannya hampir sama. Investasi di reformasi struktural, investasi di sumber daya manusia, investasi di ekonomi berkelanjutan dan juga digitalisasi," tandas dia.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada pidato pembukaan di ASEAN Indo-Pacific Forum (AIPF) Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-43 ASEAN mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi di Asia Tenggara tetap tangguh.
“Kita patut bersyukur di tengah melemahnya ekonomi dunia, ekonomi ASEAN terbukti tangguh dan terus tumbuh melebihi pertumbuhan ekonomi global dan kawasan lainnya,” ujar dia di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta Pusat, Selasa (5/9/2023).
Menurut Jokowi, dengan populasi sebesar 680 juta jiwa, ASEAN merupakan pasar yang potensial dengan peluang investasi menjanjikan.
“Namun, kawasan kita tidak imun dari berbagai tantangan global dan rivalitas geopolitik yang menajam khususnya potensi konflik di Indo-Pasifik,” ungkapnya.
Oleh karena itu, lewat agenda AIPF 2023 ini diharapkan rivalitas yang terjadi berubah menjadi kerja sama.
“AIPF hadir untuk mengubah rivalitas di Indo-Pasifik menjadi kerja sama yang bermanfaat serta membangun habit of cooperation yang win-win formula tanpa satu pun merasa dikucilkan,” tandas dia. (agr/nsi)
Load more