John Rossa dalam bukunya "Dalih Pembunuhan Massal, Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto", diterbitkan dalam bahasa Indonesia oleh Institut Sejarah Sosial Indonesia dan Hasta Mitra, Januari 2008, memaparkan bagaimana Amerika ikut serta "Menata Panggung Bentrokan" antara Angkatan Darat dan PKI melalu peristiwa G30S PKI.
"Pada akhir 1957 pemerintah Eisenhower berpendapat bahwa kebangkitan PKI, khususnya di Jawa, berarti telah datang saatnya untuk memecah-belah kepulauan Indonesia menjadi satuan-satuan yang lebih kecil" tulis Rossa.
Atas dasar itu, Amerika kemudian ikut menyokong pemberontakan-pemberontakan militer yang terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia pada kurun waktu 1957-1958, seperti pemberontakan PRRI-Persmesta di Sumatera dan Sulawesi.
"Dukungan material AS menumbuhkan kepercayaan diri pada para pemberontak untuk menolak setiap penyelesaian yang dirundingkan. CIA memberikan uang muka sebesar $50.000 kepada Kolonel Simbolon di Sumatra Utara pada awal Oktober 1957 dan mulai mengirim senjata pada bulan berikut." ungkap Rossa.
Presiden Soekarno akhirnya menjawab pemberontakan itu dengan kekuatan militer. Dengan cepat pemberontakan di wilayah Sumatera dapat dipadamkan, namun di wilayah Sulawesi, Soekarno butuh waktu lebih lama.
Dari pangkalan udara Manado Sulawesi Utara, yang dekat dengan pangkalan udara AS di Filipina, CIA melepas satu armada dengan delapan atau sembilan pesawat terbang yang diawaki pilot-pilot berkebangsaan Amerika, Taiwan, dan Filipina.
Armada udara kecil ini sangat merintangi tentara Indonesia dengan pemboman atas kapal-kapal dan pelabuhan-pelabuhan udara di seluruh kawasan Indonesia timur.
Load more