tvOnenews.com - Ada banyak fakta dibalik peristiwa kelam G30S PKI yang hingga saat ini masih menjadi tema diskusi yang hangat, terutama hal-hal yang yang mendahuluinya sebelum pemberontakan PKI pecah di tahun 1965.
Salah satu teori yang mengemuka adalah dugaan keterlibatan operasi intelijen Amerika Serikat melalui Central Intelligence Agency atau CIA yang mendorong terjadinya bentrokan antara PKI dan Angkatan Darat.
John Rossa dalam bukunya "Dalih Pembunuhan Massal, Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto", diterbitkan dalam bahasa Indonesia oleh Institut Sejarah Sosial Indonesia dan Hasta Mitra, Januari 2008, memaparkan bagaimana Amerika ikut serta "Menata Panggung Bentrokan" antara Angkatan Darat dan PKI melalu peristiwa G30S PKI.
Foto: Pidato Presiden Soekarno di Majelis Umum PBB, 1960. (Dok. YouTube - Arsip Nasional RI)
Menurut Rossa, Politik luar negeri Soekarno yang bebas aktif yang dipamerkan pada Konferensi Asia Afrika 1955, hujatannya terhadap imperialisme Barat, dan kesediaannya merangkul PKI sebagai bagian integral dalam politik Indonesia ditafsirkan oleh Washington sebagai bukti kesetiaan Sukarno kepada Moskow dan Beijing.
Sesudah PKI memenangi pemilihan umum daerah pada pertengahan 1957, Amerika berpikir bahwa waktunya telah tiba untuk bergerak melawan Soekarno.
Menyiapkan Panggung Bentrokan PKI dan Angkatan Darat
Operasi inteligen menumbangkan Soekarno dengan memecah belah Indonesia untuk menghadang blok komunis Soviet-China di Asia Tenggara dirasakan tidak efektif, menyusul gagalnya setiap upaya pemberontakan yang disponsori Amerika.
Menurut Rossa, Amerika kemudian mengambil jalan lain, yaitu merangkul Angkatan Darat yang dipandang sebagai kekuatan potensian menghadang laju hegemoni PKI di Indonesia.
Sebuah dokumen Dewan Keamanan Nasional (NSC), “Laporan Khusus Tentang Indonesia” yang ditulis dalam Januari 1959, melihat Angkatan Darat sebagai perintang utama terhadap kekuatan komunis di Indonesia.
NSC menilai, kekuatan sipil nonkomunis di dalam partai-partai politik dengan dukungan Angkatan Darat bisa berbalik melawan partai komunis di gelanggang politik.
Soekarno berbincang dengan Mao Tse-Tung, 24 November 1956, Peking, Tiongkok. (Wikipedia).
Dokumen NSC itu menganjurkan Presiden Eisenhower agar memperkuat hubungan AS dengan tentara Indonesia agar institusi ini mampu memerangi kaum komunis.
"Untuk memastikan bahwa pimpinan Angkatan Darat mau dan mampu memenuhi peranannya sebagai ujung tombak kekuatan antikomunis, Gedung Putih menyumbang perlengkapan dalam jumlah besar-besaran." ungkap Rossa.
Rossa menulis, sejalan dengan kebijakan pembangunan Angkatan Darat sebagai benteng perlawanan terhadap PKI, pemerintah AS memberi pelatihan kepada perwira-perwira Angkatan Darat di Amerika Serikat, memberi sumbangan dan menjual persenjataan, serta memberi bantuan keuangan.
Dari 1958 sampai 1965 Amerika Serikat setiap tahun mengeluarkan sekitar $10 juta sampai $20 juta untuk bantuan militer Indonesia.
Program pendidikan perwira Angkatan Darat Indonesia di sekolah-sekolah seperti di Fort Bragg dan Fort Leavenworth merupakan program yang menyeluruh.
Foto: Pengangkatan Jenazah korban G30S PKI di Lubang Buaya (Dok.Film Pengkhianatan G30S PKI)
Dari 1950 sampai 1965 sekitar 2.800 perwira Angkatan Darat Indonesia dikirim ke Amerika Serikat untuk sekolah, sebagian besar sesudah 1958. Selain melatih perwira, pemerintah AS juga menggalakkan “civic action" sebagai sarana penangkal pengaruh politik PKI.
Pemerintah AS merumuskan civic action sebagai penggunaan militer pada proyek-proyek yang berguna bagi segala tingkatan penduduk setempat dalam bidang-bidang seperti pendidikan, pelatihan, pekerjaan umum, pertanian, transportasi, komunikasi, kesehatan, sanitasi dan lain-lain.
Civic Action memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi dan sosial, yang berguna bagi bertambah baiknya posisi angkatan bersenjata di tengah masyarakat. Inilah sebuah program, yang dalam istilah klise, untuk merebut hati dan pikiran.
Menyiapkan Kudeta Gagal PKI
Meskipun jengkel dengan Soekarno, Amerika tak mau bersikap gegabah untuk menggulingkan Presiden Soekarno. Dalam pertimbangannya, Soekarno adalah sosok yang sangat dicintai rakyat Indonesia.
Diplomat Amerika berpengalaman, Ellsworth Bunker, yang dikirim ke Jakarta pada April 1965 untuk melakukan penilaian menyeluruh terhadap hubungan AS - Indonesia, membenarkan tinjauan tentang Soekarno yang tidak bisa diserang itu.
“Tidak perlu disangsikan kesetiaan rakyat Indonesia kepada Sukarno,” tulisnya dalam laporannya kepada Presiden Johnson.
Agar sebuah kudeta berhasil di Indonesia, ia harus diberi kedok yang sebaliknya, yaitu usaha untuk menyelamatkan Presiden Soekarno. Angkatan Darat harus tampil sebagai penyelamat Soekarno dan bukan sebagai penggali liang kubur baginya.
Duta Besar Amerika di Indonesia, Jones memberikan sudut pandang lain. Jones melemparkan ide terkait percobaan kudeta yang gagal oleh PKI.
"Kiranya merupakan perkembangan yang paling efektif untuk memulai pembalikan kecenderungan politik di Indonesia.” kata, Jones, dikutip dari penuturan John Rossa.
Foto: Cuplikan Film Pengkhianatan G30S PKI
Jones tidak sendiri dalam berpikir tentang rencana kudeta yang gagal oleh PKI sebagai dalih yang ideal. Gagasan ini beredar luas di kalangan korps diplomatik di negara-negara yang bersahabat dengan Amerika Serikat.
Edward Peck, wakil Menlu di Kementerian Luar Negeri Inggris, menyarankan “karenanya barangkali banyak yang harus dibicarakan untuk mendorong PKI melakukan kup prematur selagi Sukarno masih hidup.”
Menjawab Peck, Komisaris Tinggi Selandia Baru di London, pada Desember 1964 dengan tegas mengatakan bahwa kup prematur PKI “boleh jadi merupakan cara penyelesaian yang paling berguna bagi Barat asal kup itu gagal.”
Amerika Serikat menciptakan kondisi melalui operasi-operasi rahasia. Sebuah komisi NSC menyetujui proposal pada Maret 1965 untuk aksi-aksi rahasia, misalnya menyokong kelompok-kelompok antikomunis yang ada, operasi-operasi black letter [surat kaleng] dan operasi-operasi media.
Rencananya adalah, menggambarkan PKI sebagai penentang Sukarno dan nasionalisme yang sah yang semakin ambisius dan berbahaya, dan dengan demikian menyatukan semua elemen nonkomunis untuk melawan PKI.
"Pemerintah AS menjadi sangat mengharapkan terjadinya bentrokan antara Angkatan Darat dan PKI pada 1965 karena hubungan AS dengan pemerintah Sukarno dengan cepat memburuk." ungkap John Rossa.
Skenario kudeta yang gagal dipandang sebagai strategi yang paling ideal, namun Pemerintah Amerika Serikat, tentu saja, tidak tahu dengan tepat kapan dan bagaimana bentrokan antara Angkatan Darat dan PKI akan terjadi.
Amerika dalam catatan John Rossa sempat pesimis, upaya mendorong pecahnya bentrokan akan terjadi, namun situasi kemudian berubah dengan cepat, Sjam Kamaruzzaman dan Aidit disebut akhirnya masuk perangkap dan melancarkan operasi militer G30S PKI yang terbukti gagal. (buz)
Ikuti terus perkembangan berita terbaru lainnya melalu kanal YouTube tvOneNews.com:
Load more