tvOnenews.com – Kabar gembira bagi kita semua. Ketidakjelasan data mengenai tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR akan menemukan solusinya. La Tofi School of Social Responsibility menciptakan sebuah sistem agar semua perusahaan berlomba melaporkan kinerja bisnis dan tanggung jawab sosialnya melalui sustainability hub Indonesia BESAR (Best Social Responsibility Awards).
Dalam rumah besar ini, kita bisa memastikan siapa saja yang melakukan tanggung jawab sosial yang sesungguhnya, sekaligus melakukan kolaborasi tanggung jawab sosial dengan perusahaan mitra dalam rantai pasok.
“Perusahaan bisa mendaftarkan dirinya menjadi anggota Indonesia BESAR dan melaporkan perkembangan operasi bisnis dan program tanggung jawab sosial yang dilakukan dalam kerangka cerita perubahan pada lingkungan hidup dan masyarakat,” jelas La
Tofi, pemimpin sekolah tanggung jawab sosial yang menggunakan nama dirinya ini pada acara Bincang Petang ESG & PROPER untuk Indonesia BESAR, di kantornya, di lingkungan Tebet Eco Park Jakarta hari ini, Jumat 8 September 2023.
“Penghargaan yang diberikan melalui sertifikat komprehensif yang memuat data perkembangan bisnis, peringkat PROPER maupun ESG – kalau ada – dan berbagai program tanggung jawab sosial unggulan yang telah mendapatkan pengakuan akan manfaatnya, dengan penilaian oleh Panel Ahli Indonesia BESAR sebagai perusahaan berkontribusi: BESAR, SANGAT BESAR dan SUPER BESAR bagi Indonesia dalam hal pemberdayaan masyarakat dan konservasi lingkungan hidup. Penghargaan atas program yang diberikan oleh La Tofi School of Social Responsibility melalui ajang Indonesia Green Awards dan Nusantara CSR Awards bisa dilaporkan kembali untuk mendapatkan penghargaan dan sertifikat Indonesia BESAR untuk dipampang sebagai pertanggungjawaban kepada publik ataupun pemangku kepentingan,” tambah La Tofi.
Menurut La Tofi, Indonesia BESAR memberikan perhatian khusus pada isu ketenagakerjaan, yang mencakup perlakuan pada pekerja dan penghormatan pada hak asasi manusia serta penambahan lapangan kerja baru secara langsung maupun tak langsung.
Membahas PROPER (Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup), Sigit Reliantoro, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, mengatakan bahwa perusahaan perlu memperhatikan product life cycle assessment untuk menemukan hot spots, titik-titik dimana CO2 paling banyak dihasilkan dalam perjalanan sebuah produk.
Untuk selanjutnya dilakukan pendekatan regenerative life, semua orang atau pihak diharapkan untuk mengerjakan pekerjaan sehari-harinya secara luar biasa sebagai sumbangannya pada lingkungan dan kehidupan sosial. Dalam PROPER tidak ada tempat bagi kegiatan green washing atau seakan-akan berbuat terhadap lingkungan untuk tujuan pencitraan.
Load more