Jakarta, tvOnenews.com - Hujan yang turun di kawasan Gunung Bromo kemarin membantuk proses pemadaman kebakaran hutan dan lahan yang terjadi.
Kawasan Gunung Bromo kini dinyatakan telah padam seluruhnya.
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (Dirjen KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Satyawan Pudyatmoko menyebut luas lahan yang terbakar mencapai 504 hektar.
"Kebakaran dari tanggal 6 September sampai tanggal 10 September 2023 kira-kira ada 504 hektare lahan terbakar. Jadi saat kita lihat dari Blok Jomplang sampai Cemorolawang, terlihat di kanan kiri terlihat semak belukar terbakar," kata Satyawan Pudyatmoko, mengutip dari Viva, Minggu (17/9/2023).
Ia mengatakan bahwa Gunung Bromo memang berpotensi tinggi mudah terbakar.
Hal itu lantaran ciri khas vegetasi di pegunungan tudak bisa lebat. Apalagi Gunung Bromo saat kenadian sedang kering dan tidak dapat tumbuh dengan lebat.
"Kita lihat pohon-pohon yang terbakar ada Akasia Decurrens hingga Kemlandingan. Kemudian ada spesies yang tahan bakar namanya Mentigi, ini yang akan kita teliti apakah bisa digunakan untuk alat mitigasi kebakaran. Mentigi ini adalah tumbuhan asli Bromo," jelas Satyawan.
Ia menuturkan bahwa api di Gunung Bromo juga muncul karena angin dan ketersediaan bahan bakarnya. Atas hal itulah kebakaran tidak bisa terkontrol.
Apalagi rumput di Gunung Bromo sedang kering akibat kemarau.
Satyawan juga menyebutkan kendala yang terjadi saat proses pemadaman lantaran ketersediaan air yang sulit.
"Tapi kita bersyukur meskipun tidak deras tapi kemarin sudah terjadi hujan. Sehingga bisa membantu kita untuk mengendalikan kebakaran. Sehingga titik api sudah padam semua," ungkapnya.
Satyawan meminta kepada Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) agar meningkatkan kewaspadaan atas potensi munculnya titik api baru lagi.
"Sekarang kita meningkatkan kewaspadaan agar tidak ada spot api baru. Karena kita tahu kalau sudah ada titik api penanganannya sulit luar biasa," tutupnya.
Load more