Jakarta, tvonenews.com - Bakal Calon Presiden (Bacapres) dari PDI Perjuangan Ganjar Pranowo bakal menghadiri kuliah kebangsaan yang diselenggarakan FISIP Universitas Indonesia (UI), Senin (18/9/2023). Sebelumnya, bacapres dari NasDem Anies Baswedan sudah "dikuliti' di acara ini.
Kuliah kebangsaan FISIP UI ini bertajuk "Hendak ke Mana Indonesia Kita? Gagasan, Pengalaman, dan Rancangan Para Pemimpin Masa Depan".
"Kehadiran tokoh-tokoh pada Kuliah Kebangsaan adalah salah satu forum di mana mahasiswa dan civitas akademika dapat mendengar, bertanya bahkan mendebat pemikiran-pemikiran masa depan Indonesia yang dilontarkan para tokoh tersebut," kata Dekan FISIP UI, Semiarto Aji Purwanto dalam keterangannya dikutip, Senin (18/9/2023).
Diketahui, bacapres Anies Baswedan telah mengisi Kuliah Kebangsaan sesi pertama pada Selasa (29/8/2023) lalu. Selanjutnya, Kuliah Kebangsaan sesi kedua akan diisi oleh Ganjar Pranowo. Sedangkan, sesi berikutnya akan diisi oleh Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto.
Sama seperti Anies, dalam acara kuliah kebangsaan itu nantinya Ganjar akan diberi kesempatan untuk mengeluarkan pemikiran dan visinya. Pemaparan itu kemudian ditanggapi oleh para panelis yang terdiri dari dosen dan mahasiswa.
Selain panelis, mahasiswa yang hadir juga diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan. Bagi masyarakat umum bisa menyaksikan kuliah kebangsaan itu melalui kanal YouTube FISIP UI.
Anies Baswedan Dikuliti
Pada kuliah kebangsaan pertama, paripurna Anies Baswedan dikuliti oleh para panelis dan mahasiswa. Anies menyampaikan kuliah kebangsaan dengan tema "Hendak ke mana Indonesia Kita? Gagasan, Pengalaman dan Rancangan Para Pemimpin Masa Depan".
Semula Anies memberi materi soal kebangsaan selama kurang lebih 35 menit. Menceritakan banyak hal, mulai dari permasalahan kestabilan negara Indonesia hingga kebudayaan.
Tiba saat sesi diskusi tanya jawab, FISIP UI memanggil beberapa panelis yang merupakan perwakilan dari dosen lintas fakultas di FISIP UI dan perwakilan mahasiswa.
Beberapa panelis yang diminta naik panggung adalah, Guru Besar FISIP UI Prof Dr Bambang Shergi Laksmono, Prof Dr Valina Singka Subekti, Prof Sudarsono Hardjosoekarto. Kemudian dosen Ilmu Komunikasi, Dr Umi Salamah; Suraya Affif Phd dari Dosen Antropologi; Dra Mamik Sri Supatmi dari Dosen Kriminologi; Asra Virgianita PhD dari Hubungan Internasional.
Hadir dari perwakilan mahasiswa ada Ketua BEM FISIP UI, M Rafkaliro dan Wakil Ketua BEM FISIP UI, Rakha Ayu Rengganis. Sementara, Acara diskusi dipandu moderator Dekan FISIP UI, Prof. Semiarto Aji Purwanto.
Diskusi diawali oleh M Rafkaliro dengan pertanyaan bagaimana perjalanan Anies Baswedan datang ke kampus yang terkenal dengan penghijauan baik ini. Dia meminta izin kepada Anies untuk memanggil 'Mas' ketimbang 'Pak' karena Rakha ingin lebih leluasa berdiskusi dengan Anies. Hal itu juga merupakan budaya di kampus UI.
"Sebelum mulai saya izin untuk panggil Pak Anies jadi mas Anies karena di FISIP UI kita terkenal akan budaya untuk memanggil dosen untuk manggil mas dan mbak. Karena pak Anies lagi di FISIP UI jadi saya izin panggil mas Anies untuk kuliah kebangsaan," kata Rafkaliro.
"Mas Anies pas lagi berangkat ke Depok ni ke kampus UI kampus kita tercinta, bagaimana pemandangan di luar pemandangan saat commuter kesini?" lanjutnya.
Pun, Anies Baswedan menjawab pertanyaan itu dengan sedikit menyinggung soal polusi kota Jakarta yang saat ini tengah jadi masalah masyarakat. Dia mengaku tak mengamati perjalanan sekitar saat menuju kampus UI.
"Tapi secara umum pemandangannya pemandangan kepadatan lalu lintas dan kalau liat keatas tentu suasana kota Jakarta Jabodetabek yang saat ini sedang menghadapi masalah polusi udara," balas Anies.
Kemudian sesi diskusi bersama panelis ini pun berjalan cukup alot. Berbagai isu dan aspek keilmuan dibahas secara intens.
Tidak sampai di situ saja, Anies pun juga dikeroyok dengan pertanyaan bertubi-tubi saat sesi tanya jawab bersama peserta kuliah kebangsaan. Meski hanya terpilih tiga mahasiswa saja yang dapat bertanya, namun setiap mahasiswa setidaknya melemparkan tiga pertanyaan menohok kepada Anies.
Suasana diskusi bersama Anies juga sempat menghangat. Semula berawal dari seorang mahasiswi bernama Septi jurusan Hubungan Internasional, FISIP UI yang bertanya kepada eks Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam forum diskusi.
Septi mengaku dia adalah anak seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) DKI Jakarta. Dia menyinggung Anies Baswedan yang kerap mempelopori kesejahteraan dalam setiap pidatonya.
"Dari pemaparan bapak sering sebut kesejahteraan. Saya berasal dari keluarga dengan ayah seorang ASN. Saya mau tanya sama bapak cara mencapai kesejahteraan tersebut. Apa yang akan dilakukan jika menjadi presiden terpilih?," kata dia.
"Padahal utang janji pada ASN saat pandemi lalu saja belum bapak lunasi, potongan gaji ASN untuk menangani pandemi pada saat itu," sambung dia.
Sontak pertanyaan Septi disambut riuh tepuk tangan mahasiswa UI lainnya.
Anies pun mencoba untuk menjawab. Menurut dia, itu bukan potongan dari gaji melainkan dari Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) dan dipotong sebesar 50 persen.
Potongan 50 persen TKD tersebut dengan skema 25 persen digunakan untuk bantu warga DKI Jakarta yang alami kesulitan pandemi. Sedangkan, 25 persen lagi akan dikembalikan jika APBD DKI Jakarta kembali normal.
"Jadi saya sebagai gubernur pada waktu itu mengumpulkan ASN dan saya berbicara pada seluruh ASN. Sekarang ini ada uang nilainya Rp1,6 triliun, mau dipakai untuk 60.000 ASN atau mau dipakai untuk menghidupi 2,4 juta keluarga warga di Jakarta," ujar Anies.
Oleh karena itu, dia pun mengimbau para ASN tersebut untuk menyampaikan kepada sanak keluarga bahwa uang yang dipotong ini bukan untuk keperluan pribadi pemerintah.
"Ini adalah bantuan sosial dari Anda untuk mereka. Jadi ini bukan potongan, bukan dipotong untuk kredit. Ini Anda diminta untuk membagi yang bukan dari gaji tapi dari tunjangannya," jelas Anies.
"Dari 25 persen itu bukan dipotong untuk beli alat kesehatan, bukan untuk beli vaksin. Itu potongan yang jadi beras, menjadi minyak, menjadi sembako bagi tetangga-tetangga Anda yang kehilangan pendapatan," sambung dia.
Kemudian, Anies juga bercerita saat itu reaksi ASN saat mengetahui adanya pemotongan ini mereka menolak. Namun, saat dijelaskan bahwa potongan ini untuk membantu warga Jakarta yang terdampak pandemi, akhirnya ASN sepakat.
"Saya bilang kepada mereka, 'Lihat dada Anda itu ada tulisan abdi negara. Jalankan tugas Anda sebagai abdi negara'," tandas Anies.
Pada perkualiahan itu, Anies juga sempat menyindir kualitas demokrasi di Indonesia yang cukup memprihatinkan. Anies menyebut proses demokrasi yang baik tidak boleh menggunakan tekanan dan penanaman rasa takut ke masyarakat.
"Aspirasi bisa diproses melalui proses politik tanpa rasa takut tanpa tekanan dan kemudian nantinya bisa jadi keputusan-keputusan yang dilaksanakan semuanya dalam kedamaian," kata Anies.
Anies juga menyoroti perihal kebebasan berekspresi dan revisi Undang-undan Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).
"Kami melihat kualitas demokrasi ini harus ditingkatkan. Kita tadi salah satu menyebut soal kebebasan berekspresi, demokrasi itu bukan hanya ada Pemilu atau tidak," lanjut Anies.
Tak hanya perihal demokrasi, Anies juga mengangkat persoalan perilaku warganet di dunia maya yang kerap mengganti kata Indonesia dengan 'Konoha' dan 'Wakanda' ketika melayangkan kritik.
"Nah ini yang sekarang sering kali jadi masalah. Karena kita menyaksikan di medsos, banyak sekali yang nulis itu nyebutnya 'Konoha', 'Wakanda'," ucap Anies.
Anies menilai adanya fenomena mengganti kata Indonesia menjadi 'Konoha' dan 'Wakanda' menunjukkan tanda-tanda tidak sehat dalam demokrasi. (ito)
Load more