"Saelan minta agar Presiden sementara menunggu dulu, sambil mencari informasi untuk menentukan langkah-langkah berikutnya." tulis Lapian.
“Tetapi kita tidak bisa lama di sini”, kata Bung Karno, yang dijawab oleh Saelan bahwa “memang betul, Pak, dan sebagai alternatif kami akan mencari tempat lain.”
Setelah dirundingkan oleh Saelan, Mangil dan Letnan Suparto tentang cara menyelamatkan Presiden, diputuskan untuk pindah ke rumah di Jalan Wijaya, Kebayoran Baru, yang telah dipersiapkan oleh Mangil.
Tetapi menjelang pukul 08.30, Letkol Suparto yang ditugaskan untuk mencari hubungan dengan Panglima Kodam Jaya dan Panglima Angkatan Bersenjata, melaporkan bahwa dia telah mendapatkan kontak dengan Panglima AURI Omar Dhani yang berada di Pangkalan Angkatan Udara (PAU) Halim.
Akhirnya Presiden Soekarno atas kehendak sendiri memutuskan pergi ke PAU Halim. Rombongan Presiden berangkat jam 09.00.
Dalam perjalanan ke Halim, di dalam mobil VW Kodok, Presiden Soekarno duduk di belakang, didampingi Brigjen Soenario, sedangkan Inspektur Polisi I Sudarso (anggota DKP), duduk di samping Letkol Soeparto yang bertindak sebagai pengemudi.
Perwira menengah yang menyertai Presiden Soekarno ke Halim adalah Kol. CPM. Maulwi Saelan, Kombes Pol. Sumirat sebagai ajudan, AKBP Mangil dan Letkol Suparto.
Presiden berangkat dari Grogol melalui jembatan Semanggi- Jalan Gatot Subroto-Jakarta By Pass-Cililitan, lalu masuk PAU Halim, tiba sekitar setengah jam kemudian. (Buz)
Ikuti terus perkembangan berita lainnya melalui kanal YouTube tvOneNews:
Load more