Ia juga mengatakan bahwa dirinya juga baru mendapatkan info soal rencana penangkapan para Jenderal Angkatan Darat pada malam 30 September 1965.
"Tanggal 30 September tengah malam saya diambil oleh orang yang berpakaian Cakrabirawa (tidak saya kenal) dengan keterangan: dipanggil ke Istana untuk sidang darurat kabinet, tetapi kendaraan tersebut menuju ke jurusan Jatinegara." tulis Aidit.
"Kemudian pindah mobil terus menuju ke sebuah kampung dan ditempatkan di sebuah rumah kecil. Di situ saya diberi tahu bahwa akan diadakan penangkapan terhadap anggota-anggota Dewan Jenderal." lanjutnya.
(kiri ke kanan) Jenderal Nasution, Presiden soekarno dan Mayjen Soeharto, tahun 1966. - Dok. Perpustakaan Nasional
Aidit juga mengatakan, dalam "perjalanannya" ke Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur bertujuan untuk mencegah aksi saling bunuh sesama Angkatan Darat.
"Saya sekarang ada di Jawa Timur dengan tujuan membantu mencegah pertempuran bersenjata dalam Angkatan Darat, membantu mencegah bunuh-membunuh akibat provokasi golongan yang komunisto phobi dan membantu supaya pemerintah daerah dan kehidupan politik berjalan sebagaimana biasa." tulis Aidit dalam suratnya.
Victor M Vic menulis, bahwa surat Aidit pada Soekarno tersebut hanyalah upayanya untuk memisahkan Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan kasus penculikan para Jenderal AD.
"Ia mencoba menghapus jejak kehadirannya di Halim dengan cerita palsu bahwa ia dibawa ke sebuah kampung dan kemudian dibawa ke Yogyakarta untuk melakukan persiapan-persiapan untuk mengevakuasi Presiden dan “Pemerintahan Sementara” ke kota itu." ungkap Victor.
Aidit juga menggambarkan kegiatan-kegiatannya mencetuskan gejolak revolusi di Jawa sebagai upaya untuk meredakan persoalan di dalam tubuh Angkatan Darat dan untuk mencegah meledaknya kekerasan di provinsi.
Load more